Para politikus kita terkenal akan keterbukaannya, khususnya mengenai wilayah antara hidung dan dagu mereka. Seperti telah menjadi tradisi berabad-abad, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh pepatah dari cerita Jataka berikut ini. Dahulu kala, seorang raja telah dibuat jengkel oleh salah seorang menterinya . Kapanpun diadakan rapat untuk membahas sesuatu dalam sidang, menteri itu akan menyela dan mulai berpidato yang tampaknya akan berlangsung selamanya. Tak seorang pun, bahkan sang raja sendiri, berkesempatan untuk mengatakan sesuatu. Lebih-lebih, apa yang dikatakan oleh si menteri jauh tidak menarik ketimbang isi sebutir bola pingpong. Setelah suatu rapat lain yang juga tidak menghasilkan keputusan apa pun, sang raja mencari kedamaian di tamannya, menjauhi kefrustrasian politik. Dibagian taman yang terbuka untuk umum, sang raja menyaksikan sekelompok anak-anak yang riang gembira mengerumuni seorang lelaki paruh baya, seorang lelaki cacat yang duduk di tanah. Anak-anak itu m