Mungkin kita terbiasa dengan ramai dengan keluarga dengan kekasih dengan teman atau yang lain yang menemani. Kosong seperti di ujung kebiasaan kita hingga ia menjadi sesuatu yang asing. Lumrah halnya jika setiap sesuatu yang asing membentuk ketakutan yang biasanya dihindari. Kosong adalah hampa tidak ada apa-apa. Apakah ia semenyeramkan yang kita pikir? Apa masalahnya jika kita merasa kosong? Mungkin kita hanya tidak terbiasa saja? Seperti yang bukan kebiasaan menjadi sebuah ketidaknyamanan. Namun, mungkin kita perlu beristirahat dari semua kebisingan dan yang biasa menemani. Mungkin kekosongan tidaklah semenyeramkan yang kita pikir. Setiap kekosongan melahirkan kesepian. Kesepian mendalam entah mengapa terasa begitu menyeramkan. Sayangnya setiap kali kesepian menghampiri kita mencari dalam yang lain. Namun, setiap yang lain ada setiap itu pula kita kecewa. Kesepian kita tidak benar-benar hilang. Mungkin memang bukan seperti itu caranya menghadapi sepi. Kita hanya harus belajar terbiasa dengannya. Sepi adalah tanda bahwa sudah sepatutnya kita rehat sejenak dari bising dari ramai dari yang lain dan hanya merasai hati kita sendiri. Pada akhirnya, ramai atau sepi hanyalah menjadi sesuatu yang biasa dirasakan silih berganti.
Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya. Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua
Komentar
Posting Komentar