Langsung ke konten utama

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit? 

Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia. Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain.

Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

“Cowok gw pelit banget, apa-apa dihitung. Boro-boro bayarin makan, yang ada patungan mulu.” 

“Cewek gw egois banget apa-apa maunya dijemput dan ditungguin. Gw salah dikit dia ngambek. Giliran gw yang marah dia malah balik marah.”

Sedihnya ketika kita mendengar kejelekan seseorang berkali-kali kita bisa ikut membencinya, walaupun kita tidak pernah berurusan dengannya. Seperti video Raditya Dika yang judulnya "Cewek ngomongin temen." It really happens.

Keluhan teman-teman saya membuat seakan-akan kekasih mereka adalah orang yang sulit bagi mereka. Kekasih adalah orang yang kita sayang. Ketika kita mengaku sayang, tapi selalu mengeluh tentangnya, sebenarnya kita tidak benar-benar menyayangi mereka. Bagaimana mungkin kita menyayangi orang yang sulit bagi kita? Orang yang benar-benar sayang akan berkata,

"Cowok gw bukannya pelit, tapi dia hemat. Resepsi kan gak murah. Dia nabung buat masa depan gw juga."

"Cewek gw bukan egois, tapi dia minta perhatian aja. Kan gw cowoknya, kalau bukan perhatian gw yang dia minta siapa lagi."

Nah, beda kan bahasanya? Bahasa yang kedua lebih menenangkan. Rasa sayang tidak membuat kita sampai berkonflik dengan orang yang kita sayang, walaupun mereka tidak sejalan dengan kita.

If you truly loved yourself, you could never hurt others. -Buddha-

Mereka yang selalu saja berkonflik dengan orang lain, marah hanya karena hal-hal kecil, sulit memaafkan atau bahkan membalas sakit hati mereka dengan menyakiti orang lain adalah orang-orang yang tidak cukup mencintai diri mereka sendiri. Saya pun belum cukup mencintai diri saya sendiri ketika saya mudah sekali tersinggung / ngambek karena hal-hal kecil.

Orang-orang yang sulit yang mudah sekali marah pada kita membuat kita juga menjadi mudah marah pada mereka. Orang-orang yang sulit yang tidak bisa diajak berkerjasama membuat kita juga malas bekerjasama dengan mereka. Di alam bawah sadar kita, setiap rasa yang timbul ketika kita berinteraksi dengan orang lain disimpan dalam-dalam dan menjadi memori referensi. 

"Ini orang yang gampang marah-marah sama aku. Males ah deket-deket sama dia."

"Dia ini baik banget sama aku. Aku bisa bantuin apa ya kayaknya dia lagi ada masalah."

Memori kita membuat kita memilih reaksi yang sesuai dengan pengalaman yang kita simpan. Terhadap orang yang baik sama kita, kita pun mudah sekali berbuat baik terhadap mereka. Terhadap orang yang sulit kepada kita, kita juga sulit sekali berbuat baik terhadap mereka. Kita melakukan sesuatu dan mendapatkan  balasan yang sama. Aksi sama dengan reaksi. Jangan heran jika orang yang sulit membuat hidupnya serba sulit.

Kurang dari sebulan lagi Ramadhan, saatnya mengambil cermin dan berkaca. Apakah kita termasuk orang yang membuat sulit orang lain atau memudahkan mereka? 

Mohon maaf lahir batin :)

Komentar

  1. Aku suka banget baca ini dan aku sedang menerapkan pikiran positif dalam diri aku. Seperti "dia enggak marah, dia cuma mau aku lebih baik." :))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku juga latihan la karena gak mudah :)

      Hapus
  2. Di saat suasana sedang kesal sama orang, eh baca ini jadi sedikit lebih adem. Thanks Kak

    BalasHapus
  3. Suka tulisannya. Jadi lebih bercermin terhadap sikap selama ini.

    BalasHapus
  4. Kebohongan yang diulang terus menerus suatu saat akan dianggap kebenaran .
    Kak Annisa Teguh , terima kasih sudah mengingatkan dengan sejuk supaya saya dijauhkan dari kemungkinan menjadi orang sulit yang suka menyulitkan orang lain . Keep spreading the positive vibe yah Kak 😘😗😘😗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha kenapa jadi Annisa Teguh.. Aku belajar juga dari caption-caption IG-mu yang positif..

      Hapus
  5. Suka banget sama tulisannya.. :)

    BalasHapus
  6. Kadang kita pura-pura baik didepan orang yang kita kesel gara2 dia gampang marah pft. Ini artikelnya bagus banget Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling aku diem aja daripada ribut hehe

      Hapus
  7. Orang sulit akan kita temui, entah dalam pekerjaan, pertemanan dan sebagainya. Tinggal pintar-pintar kita menempatan diri dan beradaptasi dengan mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Bang Ris, olah kemampuan beradaptasi..

      Hapus
  8. Tulisan ini seperti sebuah cermin..khususnya untuk para pembaca..
    Nice mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Mas, ini cermin untuk saya juga..

      Hapus
  9. Dari artikel ini mengajarkan kita untuk berfikir positif

    BalasHapus
  10. Memang lebih baik possitif thingking

    BalasHapus
  11. Bagus nih tulisannya. Perlu dipraktekkan. Semoga menjadi orang yg dapat memudahkan orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaminn semoga kita bisa saling memudahkan ya

      Hapus
  12. sulit atau tidak itu tergantung persepsi kita

    BalasHapus
  13. Biasanya ketika label ' orang sulit' disematkan oleh beberapa orang kepada individu tertentu, menjadikan orang tersebut 'dibiarkan' tetap menjadi pribadi yang sulit. Semoga kita tidak berlaku seperti itu ya Kak....



    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena rasanya sudah males duluan.. Aaminn semoga kita bisa buka hati dan buka pikiran.

      Thanks Kak sudah mengingatkan :)

      Hapus
  14. Semoga kita ga menjad orang yang membuat sulit..

    BalasHapus
  15. Makasih kaak.. tulisannya membuat saya instrospeksi diri sendiri. Semoga kedepan bisa jadi orang yang lebih baik.

    BalasHapus
  16. Nisaa, bagus banget ini, aku bacanya kaya bercermin. Ada satu orang karena satu peristiwa yang entah kenapa sulit sekali kuterima. Tapi akhir-akhir ini aku mengubah sudut pandang ke orang itu, Alhamdulillah ke akunya lebih baik. Perkara dia menyakiti dan sebagainya ya sudahlah #eh ini aku komen malah curhats. Tapi memang berpositif thinking itu perlu, mengutarakan kalimat positif terutama pada diri sendiri juga sangat perlu. Makasih pencerahannya bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya kadang sebenarnya kita cuma perlu mengubah sudut pandang untuk masalah kita, tapi itu yang sulit.. Makasih ya Jeng ceritanya

      Hapus
  17. Aku juga sempat nonton video stand up Raditya Dika tentang pertemanan para wanita itu, sampe mikir bener juga karena kenyataannya di sekeliling kita banyak yang kyk gitu. Mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain yang kadang belum tentu penilaian mereka itu benar. Atau bahkan aku juga termasuk gitu ya? Dan aku langsung bercermin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku ngakak sih nonton itu, tapi miris juga karena itu kenyataan..

      Hapus
  18. Beda bahasa bisa jadi beda rasa ya, nis 😊

    BalasHapus
  19. positif mind.....tapi tetep harus terukur juga sih

    BalasHapus
  20. Berarti org yg sulit akan kita temui saat kita tidak sejalan pemikiran dgm mereka ya. Hhmm, memang seharusnya tidak semua omongan harus di dengar krn persepsi tiap org beda ya mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak jika tidak sejalan dan dijadikan konflik, tergantung bagaimana kita menyikapinya..

      Hapus
  21. Labeling memang harus hati-hati... materi bagus untuk berkaca sebelum puasa.. btw.. kita tadi bakal ada 18 tipe orang sulit artikelnya...

    https://ekasiregar.com

    BalasHapus
  22. Karena karakter setiap orang memang beda-beda ya Nis, jadi kadang kalau dirasa 'terlalu merepotkan' dan nggak sesuai dengan keinginan kita, kita sering merasa orang lain sulit.
    Terima kasih tulisannya, Nissa! Semoga kita bisa lebih bercermin dengan diri sendiri ya.

    BalasHapus
  23. Tema yg diangkat unik. Bisa jadi self reminder hehehe

    BalasHapus
  24. Iyabener, beda karakter klo ga di barengi sikap saling ngerti bisa jd masalah

    BalasHapus
  25. oke bersikap baik itu wajib ya, agar org punya memori yg baik jg ttg kita

    BalasHapus
  26. Change Ur respond, change Ur world. Susah banget emang nimbulin postif thinking tapi harus berusaha biar Hidup ya lebih indah. Thank you for reminding ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. You are welcome. Yup bener banget Change Ur respond, change Ur world :)

      Hapus
  27. Semua berawal dari mindset yaa hehehe...

    BalasHapus
  28. Inspiring banget buat intropeksi diri menjelang ramadan

    BalasHapus
  29. Manusia punya ego masing-masing, dan untuk bersosialisasi emang harus saling mengerti. Apalagi dalam sebuah hubungan. Kalau yang berjalan hanya satu kaki akan limbung, jadi untuk bisa menjalaninya, harus dengan kedua kaki. Menerima kekurangan dan menambalnya dengan kelebihan yang dimiliki masing-masing. Suka tulisan ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang susah sih. harus belajar nerima
      https://helloinez.com

      Hapus
    2. Iya Mba give and take yaa

      Hapus
  30. bias saling memaafkan itu indah ya mba.. bikin hati tenang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sure.. Hati yang tenang tuh plong banget deh

      Hapus
  31. Aku masih termasuk.orang orang yang sulit kali ya. Karena tidak mudab untuk melupakan kesalahan orang lain. Dan mudah sekali marah dengan orang orang yang agak lemot kalau di kerjaan. Padahal saya menyadari kemampuan orangpun berbeda beda. 😊 Masih harus berbenah diri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting kita belajar memperbaiki diri ya Ren walaupun sulit. Semangat yaa

      Hapus
  32. Makjleb ya sama kata-kata di dalamnya. Bagus banget sebagai pembuka mata kita agar lebih bisa bijak memandang orang yang distigma "orang sulit"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks mba semoga kita lebih hati-hati dengan stigma

      Hapus
  33. Intinya, selalu berpikir dan berkata positif, ya. Aku jadi ingat, belasan tahun lalu HRDku bilang, it doesn't matter what you say, but the way you say it does matter.

    BalasHapus
  34. Berpikiran positif, maka sekeliling kita juga akan berimbas positif. Hanya perlu dibedakan positif dan naif (ya meski naif juga gak ada salahnya sih). Saya termasuk orang yang selalu berpikir positif, di antara kejengkelan saya biasanya saya tetap selalu berpikir apa sih yang membuat dia jadi seperti itu? kan gak mungkin seseorang dari lahir memang menjengkelkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju mba, gak ada yang dari lahirnya memang ngeselin hehe

      Hapus
  35. Siap merenung nih kak, aku orang sulit kah? hmmm

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka