Baru saja nulis tentang Kecewa, tiba-tiba semalam dikasih video judulnya "Santai, ada Allah." Duh, baik banget sih langsung dijawab seperti ini keluh kesah saya.
"Orang tidak akan kecewa kalau bersandar kepada Allah. Mustahil seseorang itu kecewa gara - gara berpegang, bersandar, menyerahkan dirinya kepada Allah." (Ust. Hanan Attaki)
Kita hanya bisa benar-benar berserah pada apa yang kita yakini. Bagaimana bisa berserah jika kita sendiri tidak yakin? Maka, berserah merupakan salah satu tanda orang beriman. Pertanyaannya, berserah yang seperti apa?
1. Berserah dalam niat
Niat adalah awal dan penentu dalam segala sesuatu. Berserah dalam niat artinya meniatkan sesuatu untuk beribadah kepada Allah. Bismillah. Dengan nama Allah. Niat yang benar membawa kita pada hasil yang benar. Niat yang salah membawa kita pada hasil yang salah. Apa-apa yang kita dapatkan tergantung dari niat kita saat mengawalinya. Sebesar itu nilai sebuah niat. Walaupun kita baru niat baik, itu sudah dicatat sebagai satu kebaikan. Sedangkan, niat jahat tidak akan dicatat sampai kita melakukannya. Betapa Tuhan Maha Baik.
Sudah sepatutnya apa-apa yang kita lakukan selalu membawa nilai ibadah didalamnya. Kalau tidak, amal kita sia-sia. Meluruskan niat penting ketika dalam prosesnya kita mendapat banyak kendala atau hasil yang tidak kita harapkan. Luruskan niat. Bismillah. Tidak mungkin menjadi tidak baik orang yang mengawali segala sesuatu dengan namaNya.
2. Berserah dalam proses
Tidak jarang proses yang kita lalui untuk mencapai sesuatu terasa berat dan mendaki. Berserah dalam proses artinya melakukan sesuatu karena Allah, lillah bukan lelah. Maka, kata lillah menjadi penyemangat dan bahan bakar sehingga kita tidak menyerah di tengah jalan. Kita harus terus berproses sampai pada tujuan. Namun, untuk tujuan yang benar, prosesnya juga harus benar. Tidak mungkin kita sampai di Jakarta jika kita naik bis tujuan Bandung, kan?
3. Berserah dalam hasil
Sebelum ke hasil, kita cek dulu niatnya sudah benar kah? Prosesnya sudah benar juga? Jika sudah, tenang saja hasil tidak akan mengkhianati usaha. Kita tanam padi pasti yang tumbuh padi, tidak mungkin gandum. Kalau padinya belum tumbuh, kita coba lagi perbaiki niat dan prosesnya. Benar gak bijinya biji padi (niat)? Benar gak tanahnya, kondisi penanamannya, cara pengairannya (proses)? Terus saja diperbaiki, insya Allah padinya tumbuh.
Ketika niat dan proses kita sudah benar, hasilnya serahkan saja kepada Allah. Jika kita sudah melakukan yang terbaik yang kita bisa, pasti hasilnya baik apapun itu. Kalau kita merasa tidak puas pada hasilnya padahal kita sudah melakukan yang terbaik menurut kita, mungkin cara pandang kita yang perlu diperbaiki. Hukum Fisika menyatakan aksi sama dengan reaksi. Jadi, tenang saja hukumNya selalu adil. Yang penting kita yakin.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. {Q.s. Al-Zalzalah: 7-8}
Dulu setiap saya menghadapi ujian yang sulit, ketika belajar saya membayangkan saat dimana ujiannya sudah selesai. Dengan begitu membuat saya fokus belajar dan menghilangkan kecemasan saya yang berlebihan terhadap hasilnya.
Kini saat saya menghadapi masalah yang berat, saya membayangkan saat dimana hidup saya akan berakhir dan mengucap syukur dengan sangat. Betapa ini hanya sementara; segala peluh, keringat, air mata, lelah dan kecewa. Saya berserah.
Komentar
Posting Komentar