Langsung ke konten utama

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya. 

Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang keluar. Seorang pria Chinese paruh baya membukakan pintu dan mengecek reservasi kami. Setelah semua administrasi selesai, kami bertanya password WIFI. Ia menjawab, "unclealbert". Sontak kami berkata "O, you are Uncle Albert!". Ia mengangguk dan tersenyum.

"Children on Bicycle" mural ikonik kota Penang 

Penang membuat sesuatu yang biasa menjadi menarik dan luar biasa. Bagi saya mural-mural di gangnya biasa saja. Namun, entah kenapa padu padan mural, jalan beraspal, dan bangunan tua memang tampak begitu cantik disini. Kami mengambil beberapa pose dengan latar mural-mural itu. Setelah berfoto dengan mural, kami mengunjungi gereja dan beberapa kuil Buddha. Bagian yang paling magis bagi saya adalah ketika menatap patung Buddha raksasa bersepuh emas di salah satu kuil. Saya mendongakkan kepala, merasa begitu terpesona sekaligus begitu kecil di hadapannya. 

Kuil Buddha Dhammikarama 

Pagi terakhir di Penang, kami sarapan santai dan bersenda gurau. Hari terakhir memang hanya ingin kami habiskan untuk mengunjungi pantai dan bersantai. Di tengah sarapan, iseng saya bertanya kepada Uncle, "Why are you so famous? Most people talk about you in their review. " Ia tertawa dan menjawab dengan aksen Chinese-nya, 

"Be good to people lah.. Guests are human. You are not just here and taking their money. They don't know you and feel strange. Be good and talk to them. How's their day.."

Saya tersenyum menatapnya. Lelaki asing yang rendah hati ini tanpa sengaja mengajarkan sesuatu yang lebih berharga dari sekedar plesiran jauh-jauh dan mengambil foto cantik. "Be good to people", pesan yang sederhana tapi dalam. Terima kasih, Uncle. Nice to meet you :)

"Best Friends and Uncle From Penang" 

Komentar

  1. Cakep ni penang. Harus kesana ni

    BalasHapus
  2. Penang bagus sepertinya, aku cuma ke KL sama Melaka waktu ke Malaysia, btw kenapa dulu masuk blacklist?

    BalasHapus
  3. Muralnya keren. Ekpresi anak2 bermain sepeda keliatan bahagia bangt, apalagi anak kecil yg lagi ngejerit diboncengan belakang. Cute... Bikin aku ikutan senyum...

    BalasHapus
  4. wah senangnya ketemu orang seramah beliau :)
    btw, setuju sama kak ning, muralnya sarat makna hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku belum bisa memaknainya selain mural itu cantik :)

      Hapus
  5. penang keren kak... aku pernah nginep d bandara penang... duh makan roti yg 1000an ga ka? lupa nama rotinya. dr penang ke hatchay thailand cuma 300rb kak... jalur darat hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh aku nggak cobain.. iya baru tau juga bisa ya dari penang 😬

      Hapus
  6. Ingat Penang, saya selalu ingat 'Love Lane', lorong cinta di George town

    BalasHapus
  7. Penang memang indah,hanya pernah ke Johor moga suatu saat bisa kembali lg

    BalasHapus
  8. Masih dalam rencana jalan2 ke negara tetangga itu...semoga terlaksana

    BalasHapus
  9. Gue masih belom tertarik eksplore tetangga tapi kalo dr cerita lo seru juga ketemu pria rendah hati tsb si uncle albert.

    BalasHapus
  10. nice share. uncle albert itu ownernya ya

    BalasHapus
  11. Be good to people, a nice kind reminder. thank you :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka