Langsung ke konten utama

07. Lucu ya

Haha. Kalau lucu tertawa dulu. Tertawa ternyata dapat menyebabkan masalah. Tertawa di waktu yang tidak tepat atau atas sesuatu yang tidak tepat, misalnya tertawa di saat seseorang sedang marah. Hal itu akan membuat sang pemarah semakin geram. Jika seseorang dimarahi, reaksi pertamanya harusnya takut, menyesal, cemberut,dll. Ketika reaksi yang dimarahi tidak negatif maka sang pemarah merasa bahwa marahnya tidak berhasil dan membuat ia semakin marah. 

Nyatanya tertawa bisa mengurangi rasa sakit. Reaksi tertawa berhubungan dengan hormon endorfin. Hormon ini adalah hormon yang menyebabkan rasa bahagia. Tertawa sangat bisa menahan tangis atau sakit. Atasan saya pernah tersenyum ketika dimarahi sang direktur utama karena ia menahan tangis. Namun, sang direktur jadi semakin marah.

Ada orang yang mudah sekali tertawa. Hal-hal kecil saja bisa membuatnya tersenyum dan tertawa. Ada juga orang yang sulit sekali tertawa. Ketika semua orang tertawa terbahak-bahak, ia pura-pura tertawa dan berpikir "lucu ya!?". Ada juga yang diantara keduanya. Sifat ini tergantung pada ambang batas lucu masing-masing orang. Anak-anak pada umumnya mempunyai ambang batas yang rendah sehingga mereka mudah sekali tertawa. Bahkan mereka tertawa hanya dengan kata "cilukba". Coba bayangkan jika kita berkata "cilukba" ke orang dewasa. Aneh bukan? Semakin dewasa, entah kenapa ambang batas itu pun semakin meningkat. 

Saya sering menceritakan sesuatu yang konyol sampai saya tertawa terpingkal-pingkal dan hanya ditanggapi "lucu ya!?" oleh adik saya. Akhirnya saya tertawa sendiri saja. Haha! Suatu ketika, teman saya menceritakan masalahnya. Baginya pasti masalahnya tidak sederhana dan berat. Respon pertama saya ketika selesai mendengarkannya adalah "lucu ya". Ia kesal sekali dan tidak melanjutkan ceritanya. "Lucu ya!?", ia beranggapan bahwa saya tidak peduli. Duhh, saya harus belajar lebih berempati dan melihat situasi.

Bagi setiap orang yang menceritakan masalahnya, masalah tersebut adalah penting dan bukan "oh gitu doang". Mendengarkan dan berempati memang saling berpasangan sehingga yang diminta pencerita bukan hanya kita mendengarkannya, tetapi juga kita berempati terhadapnya. Paradigma yang kita pakai saat mendengarkannya adalah paradigmanya bukan paradigma kita. Ambang batas lucu kita juga harusnya disesuaikan. 

Lucu itu tidak universal dan tidak mutlak. Lucu itu relatif. Sah-sah saja jika kita menganggap sesuatu itu lucu, tapi menurut mereka tidak lucu, atau sebaliknya. Jika kamu ingin menang stand up komedi, kamu harus bisa mencapai ambang batas lucu pendengarmu. Haha!

Selamat hari Jumat :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu