Beberapa waktu lalu saya mengunjungi toko buku baru di mall dekat rumah. Banyak buku yang menarik. Salah satunya buku 'Pengakuan Pariyem'. Buku ini jauh dari kata menarik jika hanya dilihat dari sampulnya. Buku ini menarik karena saya ingat ulasan seorang teman yang telah membacanya. Dalam beberapa jam saja saya sudah habis melahap buku setebal 314 halaman ini. Isi buku ini berbentuk prosa, bukan narasi atau esai. Terlepas dari bahasanya yang vulgar tapi lugu, sikap Pariyem yang lega lila berhasil membuat saya senyum sendiri. Lega artinya lapang, tentram, tidak khawatir dan lila artinya rela, ikhlas.
Saya jadi ingat cerita saat Tuhan menciptakan Adam. Semua makhluk bersujud kepada Adam kecuali iblis. Iblis merasa sombong sehingga ia tidak bersujud kepada Adam. Sebenarnya iblis pun makhluk yang taat, ia tidak besujud kepada Adam karena ia hanya bersujud kepada Tuhan. Akhirnya iblis dikutuk dan ia menerima kutukan Tuhan dengan 2 permintaan. Ia meminta umur yang panjang dan dengan izinNya ia meminta untuk boleh menggoda anak cucu Adam. Karena Tuhan Maha Penyayang, Ia pun mengiyakan permintaan iblis dan berkata, "kecuali hambaku yang mukhlis."
Mukhlis disini artinya orang-orang yang ikhlas, yang lega lila. Iblis tidak bisa menggoda orang-orang yang ikhlas, bukan yang syahadat, yang shalat, yang puasa, yang zakat atau yang haji. Hanya yang ikhlas. Maka, syahadat yang menyelamatkan hanya bisa dicapai dengan keikhlasan. Maka, shalat yang amar maruf nahi munkar hanya bisa dicapai dengan keikhlasan. Maka, puasa yang membuat takwa hanya bisa dicapai dengan keikhlasan. Maka, zakat yang membersihkan hanya bisa dicapai dengan keikhlasan. Maka, haji yang mabrur juga hanya bisa dicapai dengan keikhlasan. Tanpa keikhlasan, syahadat hanya sekedar ucapan, shalat hanya sekedar gerakan, puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus, zakat hanya sekedar menggugurkan 2.5% dan haji hanya sekedar plesiran.
Dalam hidup hanya ada 2 jalan, jalan kebaikan dan jalan keburukan, jalan orang-orang yang ikhlas dan jalan orang-orang yang tidak ikhlas, jalan keselamatan dan jalan kehancuran, jalan yang benar dan jalan yang salah. Masing-masing jalan ada konsekuensinya, tergantung kita mau pilih yang mana. Ramadhan ini adalah saat yang tepat untuk merenung lahir dan batin. Jalan apa yang sedang kita lalui saat ini? Jika jalan yang kita lalui ini salah, saatnya untuk memulai kembali dengan ikhlas lahir dan batin. Bersikap ikhlas memang tidak mudah, jika tidak disertai dengan keyakinan akan nama Tuhan yang baik (asmaul husna). Meyakini satu saja namaNya yang Maha Penyayang harusnya dapat membuat kita tenang dan ikhlas dalam menjalani.
Kembali ke buku, sosok Pariyem memang hanya seorang babu. Ia pun tidak luput dari dosa. Namun, saya bisa belajar bagaimana ia menyikapi kehidupan. Lega lila katanya. Ikhlas saja..
Selamat Ramadhan, maaf lahir dan batin ya :)
Suka banget kuote Periyem 'iklhas, lega lila'
BalasHapusMakasih ya mas Achi atas ulasannya yang buat aku tertarik bacanya :)
Hapus