Langsung ke konten utama

Ibu Senang Anak pun Senang

Saya dapat referensi serial drama korea bagus dari salah satu akun parenting yang saya ikuti di Instagram. Drama ini mengangkat tema menjadi seorang  ibu, judulnya "Birthcare Center". Menurut saya, bagus sekali interpretasi menjadi seorang ibu yang dapat kita lihat dari berbagai sudut pandang di drama ini. Saya tidak akan membahas jalan ceritanya. Saya hanya ingin berbagi cerita saya.

Menjadi seorang ibu  adalah anugerah yang luar biasa. Naluri seorang ibu adalah menyayangi, merawat dan memprioritaskan anak di atas dirinya sendiri. Dunia seorang wanita berubah ketika menjadi seorang ibu. Fokusnya bukan kepada dirinya lagi, tapi kepada anaknya. Dunia yang dipenuhi dengan si anak; senyumnya, canda tawanya, tingkahnya, kebutuhannya, dll. 

Saya ingat bulan pertama anak saya lahir. Pulang dari rumah sakit, saya hanya istirahat sehari. Saya langsung beradaptasi dengan peran baru sebagai seorang ibu; bangun di malam hari berkali-kali untuk menyusui, menidurkan dan mengganti popoknya, membersihkan kotoran dan mencuci popoknya sendiri di pagi hari, mengerjakan yang lainnya di siang hari. 

Saya tidak membangunkan suami saya karena  saya berpikir bahwa ia bekerja, sedangkan saya tidak. Saya tidak meminta bantuan mertua untuk mencuci karena saya mau anak saya pakai popok kain dulu setidaknya sampai sebulan. Saya juga menolak bantuan mertua untuk gantian gendong di malam hari karena merasa sungkan merepotkan. Saya benar-benar lelah. Sampai akhirnya suatu malam, tangis saya pecah. Air mata saya tumpah  melepaskan semua rasa lelah yang saya rasakan. Menatap wajah anak memang menenangkan, tapi kelelahan yang dirasakan pun nyata adanya. Masya Allah! 

Alhamdulillah, sudah ada mba yang bantu pekerjaan rumah. Saya juga memakaikan anak saya popok sekali pakai. Saya tidak sungkan lagi meminta bantuan yang lain untuk gantian menjaga anak. Saya belajar untuk meminta dan menerima bantuan. Saya belajar untuk menjadi waras demi ketenangan saya. Saya belajar bahwa hal pertama yang harus saya pastikan adalah kondisi saya. 

Mendahulukan anak memang menjadi naluri seorang ibu, namun seorang ibu pun harus merasa tenang untuk bisa menenangkan sang anak. Seorang ibu harus sepenuhnya hadir saat menemani anak bertumbuh dan berkembang. Seorang ibu harus tetap sehat untuk bisa mengurus anak sepenuh hati. Seorang ibu harus tetap waras untuk bisa merawat anak sepenuh jiwa. Dan yang terpenting, seorang ibu harus bahagia untuk bisa membuat anaknya benar-benar bahagia. Ya, ibu senang anak pun senang :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka