Langsung ke konten utama

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu.

"Di tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini."

Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingung mencari pekerjaan. Tidak sedikit juga yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Teman saya pernah nyeletuk, "Harusnya nih ya sarjana-sarjana yang lulus dari universitas bagus bukan lagi mikir kerja dimana dan saingan untuk sekedar dapat kerjaan. Mikirnya tuh gimana bisa buka lapangan kerja baru dan pake tenaga kerja yang gak seberuntung kita pendidikannya." Jleb! Saya tersindir. 

Pemikiran kecil itu membuat saya tergelitik untuk mencari tahu tentang homeschooling. Beberapa pertanyaan saya yang sudah terjawab diantaranya:
  • Apa artinya Homeschooling? Sekolah rumah, metode pendidikan alternatif yang bisa dilakukan secara fleksibel.
  • Siapa gurunya? Kedua orang tua atau dibantu tutor lain.
  • Memang bisa? Bisa, sudah banyak contohnya bahkan ada komunitasnya. 
  • Bisakah meneruskan ke universitas? Bagaimana caranya? Bisa, dengan ikut ujian kesetaraan
Homeschooling sebenarnya bukan metode pendidikan yang baru. Metode ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Visi,  misi, dan komitmen keluarga menjadi faktor utama yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya metode ini. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Peran keluarga jauh lebih besar daripada sekolah formal dalam hal mendidik anakNamun, masih banyak tantangan yang akan dihadapi jika memilih homeschooling di Indonesia. Salah satu tantangan terbesar adalah penerimaan sosial. Kalimat nyinyir di bawah ini mungkin sudah biasa didengar para pelaku homeschooling.

"Anaknya bermasalah ya sampai gak disekolahin?"
"Pasti gak bisa bersosialisasi deh."
"Orang tuanya gak mampu bayar uang sekolah ya."
"Aneh ya keluarganya." 

Banyak orang pintar di Indonesia. Merumuskan sistem pendidikan yang efektif adalah sangat mudah dengan kolaborasi otak mereka. Namun, jika pemikiran itu dipengaruhi oleh banyaknya kepentingan pribadi atau golongan, tentu saja tujuan itu tidak akan pernah tercapai. Sistem pendidikan hanya menjadi formalitas belaka. Maka, tidak mengherankan jika banyak orang mulai melirik alternatif pendidikan lain seperti homeschooling.

Komentar

  1. selalu suka baca tulisan kakak..berani berbeda sikap...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena satu hal punya banyak sisi untuk dilihat. Thanks kak :)

      Hapus
  2. nissaaa, nice share!
    aku selalu suka sama kata2 kepsek itu juga :)

    BalasHapus
  3. Sistem pendidikan kita memang rumit. Nice story

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untung udah lulus ya kak walaupun rumit hehe!

      Hapus
  4. Jadinya, homeschooling itu apa ya?

    BalasHapus
  5. Hmm homescholing yg pertama adalah orang tua yg mengajarkan pada anak2nya.. heeh

    BalasHapus
  6. Pembangunan karakter dimulai sejak dini di dalam keluarga. Benar tuh yg dibilang sama Rizki Bedoel 😄😆 tetep ya..aku bilang .. sekolah umum masih enak untuk diikuti. Kapan lagi main lari-larian bebas di jam istirahat dan nyontek satu kelas di saat ujian (upss ini gak boleh ditiru) Wahhh..itu kenangan tak terlupakan di masa-masa sekolah dasar sampai menengah 😂😄😊😆

    BalasHapus
  7. homeschooling sulit memang untuk diterima kaa. sederhana nya, jika aku ikutan homeschooling, aku ga ngerti bagaimana bersoasialisai dan berkompetisi. yaa ga siih?.

    tapi baiknya memang ga jd nyinyiran banyak orang. 😊

    terimakasih tulisannya ka nisa 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kembali kasih, Ca. Iya bener itu bisa jadi kekurangannya..

      Hapus
  8. Jleb banget ya komentar kepsek itu. Sayangnya utk dpt pekerjaan skrg msh menunjukkan ijazah dan nilai. Beda dgn luar negeri bebas pikih mata kuliah sesuai minat. Best solution memang jd enterpreneur

    BalasHapus
  9. Saya setuju bahwa Pendidikan bukan hanya dibangku sekolah, tapi sistem di Indonesia yang masih lebih mengutamakan ijazah ketimbang keahlian, jika tetap mengandalkan homeschooling kasian pada masa depannya

    BalasHapus
  10. semuanya selalu punya dua sisi.

    tahu tokoh nasional kita, K.H Agus Salim. ia mempraktekan homeschooling pada jamannya.
    khususnya pada anaknya sendiri.

    homeschooling salah satu contoh sekolah yg mendobrak sistem sekolah yg konservatif.

    bebas, tak terikat, bebas mengeksplorasi.

    BalasHapus
  11. Menarik Nis. Homeschooling bisa menjadi pilihan alternatif untuk belajar anak, jadi tidak hanya di sekolah formal yang sudah ada.
    Dan saya pernah nemuin ada orang tua yang anaknya Homeschooling karena nggak percaya sama sistem pendidikan yang ada di sekolahnya dulu. Dan anak itu juga ternyata jd korban bullying.
    Anaknya pinter, pendiam bahasa inggrisnya pintar padahal masih smp. Dan buku2 yg dipelajarin full english.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu beberapa alasan kenapa orang memilih homeschooling ya.. Thanks sharingnya mas!

      Hapus
  12. Pendidikan di Indonesia hanya mengejar supaya anak2 lolos standar nilai, kalau ga lolos remedial. Padahal ini salah....
    Sebenernya perlu diperbaiki juga pengajarnya.
    Jaman saya sekolah dulu, kebetulan ketemu guru yg bagus ngajarnya. Jadi beliau ajar matematika, diajarkan darimana rumus itu berasal, jadi kalau misalnya kita lupa rumus,kita bs ingat dengan metode dia, jadi bukan dihapal, tapi dimengerti esensi ilmunya, dan jd lebih paham kapan digunakan dll.
    Anak dijejalkan dgn pelajaran2 dan harus memenuhi standar nilai tertentu. Guru ngajar cepat sekali takut ga selesai sesuai kurikulum.
    Makanya home schooling jadi alternatif.... Negatifnya ya itu, beda pastinya antara belajar sendiri dan rame2. Karena kalau kerjain tugas kelompok, kita belajar berinteraksindalam tim. Ada konflik, drama dll dsbg.

    Www.belajaronlineshop.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, bener banget kak. Begitulah gambaran sistem pendidikan kita..

      Hapus
  13. Nice!

    Tapi gue masih menimbang apakah anak gue nanti bagusan homeschooling atau gimana. Hahaha



    Punya anak aja belom

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha La cari dulu ayahnya baru diskusi mau gimana :p

      Hapus
  14. Indonesia kalau diliat dari sejarahnya memang mengutamakan pendidikan moral & attitude, yang mana itu lebih banyak berasal dari pendidikan keluarga. Itu mungkin salah satu kelebihan home schooling yang pastinya akan susah didapat dari pendidikan formal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas padahal pendidikan moral gak kalah pentingnya dengan intelektual..

      Hapus
  15. Aku takutnya cuma kalau anakku nanti homeschooling, apa dia bakalan jadi kesepian karena jarang ada interaksi dengan teman sebaya ya.. huhuhu

    BalasHapus
  16. Kenal beberapa teman yg homeschooling dan mendengar cerita mereka memang asyik dan ga seribet yg dibayangin... 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya kak, tergantung juga gimana ngejalaninnya :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka