Langsung ke konten utama

Saling Memanfaatkan

Kamu pernah merasa sedang di atas? Tempat yang tinggi? Baik secara fisik maupun rasa. Semua orang pasti pernah ya. Saya sendiri merasa betapa banyak orang yang bersama saya ketika di atas. Seakan-akan mereka semua dekat dengan saya dan begitu menyayangi saya. Saya bersyukur. Sayangnya saya juga pernah di bawah. Kata orang kalau di bawah banyak orang pergi meninggalkan, ya biarkan saja. Kamu tahu tidak, hakikat dari semua pertemanan, persahabatan, atau hubungan? Tidak lain dan tidak bukan, hakikatnya adalah rasa saling memanfaatkan. 

Apa hubungan manusia yang paling tulus menurutmu? Menurut saya, hubungan orang tua dengan anaknya. Hakikat hubungan itu tetap saja rasa saling memanfaatkan. Bagaimana bisa?

Contoh kecil saja, ketika orang tua mengatakan, "Ibu dan Ayah tidak mengharapkan apa-apa darimu, Nak." Coba deh kamu pikirkan, paling tidak setiap orang tua mengharapkan anaknya menjadi orang yang baik, bukan? Lalu jika orang tua berkata, "Ibu dan Ayah mengharapkanmu menjadi orang yang baik untuk dirimu sendiri, bukan untuk kami," terdengar naif sekali. Haha! Itu bukan ketulusan. Memiliki anak yang baik sedikit banyaknya pasti membuat orang tua bangga. Coba saja para orang tua berkata "Ibu dan Ayah mengharapkanmu menjadi orang yang baik agar Ibu dan Ayah merasa bangga. Kamu bisa jadi tabungan kami di hari tua sehingga kami bisa merepotkanmu nantinya." Tidak ada basa-basi disana. Jujur apa adanya. 

Rasa anak juga begitu. Baktinya kepada orang tuanya adalah karena ia telah memanfaatkan orang tuanya untuk menghidupi dirinya sampai ia mandiri. Terlepas dari ia mengakuinya atau tidak.

Saling memanfaatkan adalah memberi dan menerima. Hubungan tidak bisa berjalan satu sisi saja, hanya memberi atau hanya menerima. Yang membedakan seseorang adalah fokusnya, apakah fokus kita adalah memberi atau menerima. Melakukan kerja atau menerima kerja. 

Jangan mudah merasa telah mencintai atau menyayangi sepenuh hati. Coba jujur dengan diri sendiri, "Benarkan saya telah menyayangi tanpa syarat, bukan harap?" Kamu bisa saja patah hati dan jatuh sakit berbulan-bulan, tapi itu bukan tanda sayang. Itu hanya karena kamu tidak bisa memanfaatkannya lagi.

Begitulah hubungan manusia. Sekuat apapun, setulus apapun, hanya atas rasa saling memanfaatkan. Ketika kamu benar-benar menyadarinya, maka kamu bisa belajar menyayangi apa adanya. Bukankah rasa sayang yang tulus tidak akan pernah kecewa? Jika saat ini orang yang paling kamu sayang memutuskan hubungan denganmu, kamu pasti menangis. Itu manusiawi, tapi kamu tidak akan sampai membencinya. Yang kamu pikirkan bukan "Betapa teganya ia yang begitu saya sayangi memutuskan hubungan dan pergi meninggalkan?" melainkan "Mungkin saya tidak bisa lagi menjadi orang yang bisa dimanfaatkan sesuai keinginannya."

Sebuah hadits mengatakan "Sebaik-baik orang adalah yang paling banyak memberi manfaat." Dalam arti kata lain, sebaik-baik orang adalah yang paling banyak dimanfaatkan oleh orang lain. Haha!

Komentar

  1. Setelah hadits yg di copas, lalu diartikan!
    Apa maksud "Haha!" di akhir?!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu