Langsung ke konten utama

Be A Remedy

Setiap orang punya masalah. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tidak punya masalah. Seorang bayi pun sudah punya masalah ketika ia baru saja dilahirkan. Ia harus bernapas sendiri. Itulah mengapa setiap bayi menangis saat dilahirkan. Oksigen memasuki paru-parunya untuk pertama kali. 

Banyak masalah dibagikan, diceritakan, dan diluapkan.  Saya mendengar banyak orang menceritakan masalah bahkan diri saya sendiri. Masalah kita beragam; pekerjaan, pasangan, keluarga, teman, keuangan bahkan sampai masalah berat badan pun bisa saja kita ceritakan. Seringnya kita begitu fokus pada masalah, bukan ide, solusi, cita-cita atau hal positif lainnya.

Ajaran Buddha mengatakan bahwa hidup adalah derita. Pernyataan ini begitu jujur dan apa adanya. Tidak perlu heran ketika hidup kita penuh masalah. Begitulah sifat kehidupan. Masalah akan selalu ada. Semakin jauh kita berjalan masalah kita pun semakin berat. Anggap saja ujian kenaikan tingkat.

Kita harus ingat bahwa setiap orang punya masalah. Bukan hanya kita. Kita bisa memilih untuk ikut memberi masalah, mempersulit  urusan dan menyakiti orang lain atau membantu menyelesaikan masalah, mempermudah urusan dan membahagiakan mereka.

Pepatah mengatakan:
Jika belum bisa membahagiakan setidaknya tidak menyakiti
Jika belum bisa menciptakan setidaknya tidak membuat kerusakan
Jika belum bisa menebar cinta setidaknya tidak menebar benci
Jika belum bisa membuat tersenyum setidaknya jangan  membuat menangis
Jika belum bisa berbagi setidaknya tidak mengambil hak orang lain

Too much pain in this world. Can we be a remedy? 

*renungan di hari kasih sayang (valentine katanya)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu