Langsung ke konten utama

Februari dan Kasih Sayang

Kemarin tanggal 14 Februari yang notabene nya hari Valentine. Saya tidak melarang ataupun merayakannya. Terserah saja bagaimana kita memaknainya. Tapi memang, Februari ini spesial. Kemarin sahabat saya tersayang melangsungkan pernikahannya. Akhirnya, dengan lelaki yang sudah 2 tahun bersamanya.. Dan teman baru saya berulang tahun pada hari yang sama. Namun, Ia mengeluh karena resolusi yang dibuatnya 2 tahun lalu gagal total, pun resolusi untuk menikah. Saya tersenyum.

Sebelumnya, 12 Februari adalah tanggal anniversary orang tua saya. Usia pernikahan mereka sama dengan usia saya tahun ini, 28 tahun. Sungguh saya sangat menyayangi keduanya. Ibu saya menikah saat berusia 26 tahun dan setahun lebih muda dari ayah saya. 21 Februari ini juga adik bungsu saya berulang tahun. Adik saya yang paling cerewet. Entah bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada saya ia seakan datang dan menyelamatkan saya. Namun, ia juga yang paling gemar bertanya, "Mba, kapan nikahnya?". Duh..

Kasih sayang memang seharusnya ditunjukkan setiap hari. Namun, jika Februari ini mengingatkan orang-orang untuk menunjukkan kasih sayangnya menurut saya tidak ada yang salah. Di jaman yang semakin sibuk dan dinamis, masyarakat semakin individualis. Bahasa sederhana seperti senyum tehadap sesama juga terlupakan karena kita sibuk dengan diri kita masing-masing. Tidak ada salahnya jika di bulan ini kita merenung sejenak, apakah kita sudah cukup berkasih sayang? Sudah cukup menyayangi diri kita sendiri, keluarga, sahabat, bahkan orang asing yang berpapasan di tengah jalan?

Ah, rasa ini selalu membuat saya merasa hangat, selalu menggelitik bagian hati yang paling sensitif. Mungkin sebagian orang merasa lemah karenanya namun bagi saya rasa ini adalah rasa yang terindah. Bagaimana menyadari kasih sayang Ibu tehadap anaknya membuat saya bertanya, "Bagaimana kasih sayang Tuhan jika kasih sayang Ibu saja sebegitu kuatnya?" Tanpa jawaban, hal itu sudah membuat semua kesedihan dan masalah saya tampak tak berarti, kecil di hadapan kasih sayangNya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka