Langsung ke konten utama

Cowok dan Karma

Pernah denger hukum fisika yang bilang aksi = reaksi? Pasti pernah lah ya. Kalau di Buddha atau Hindu istilahnya karma. Kamu percaya karma? Aku percaya sebab akibat itu ada sih entah apa istilahnya. 

Ada yang lucu dari pengalaman nolak cowok dan karma. Gak ada maksud apa-apa nih cuma mau share aja. Ada tiga cerita yang mungkin bisa diambil hikmahnya. Dulu, sempat dideketin sama cowo yang kerja di bank. Tanpa ngeliat hal lainnya yang bagus banget seperti latar belakang keluarga dan pendidikannya, kerja di bank udah gak masuk kriteria aku. Yup dulu close-minded banget mungkin, sampai riba diartikan kerja di bank #gelenggeleng. Eh, sekarang adek cowok aku kerja di bank, bank yang sama seperti cowok yang aku tolak dengan program ODP yang sama juga. Apa itu kebetulan? Sempat juga diajak serius sama seorang cowok yang pinter banget, cuma karena dia smoker aku gak mau padahal pendidikan dan kerjaannya oke banget. Well, ternyata adekku yang pinter banget juga smoker, pendidikan dan kerjaannya oke juga. Apa itu kebetulan? Yang terakhir ini baru kepikiran sekarang. Jadi dulu ada cowok yang deketin aku dan ngajak aku bareng-bareng ikut komunitasnya. Rumah dan kantornya dekat sama rumah dan kantorku. Dia selalu ngajakin join komunitasnya dan pulang pergi bareng dia. Anaknya baik cuma nggak klik aja dan aku nyuekin dia akhirnya. Nah, baru-baru ini aku ikut komunitas yang temanya sama kaya komunitasnya. Komunitasku mau kopdar di tengah kota yang which is jauh dari rumahku. Males banget jadinya. Eh, ada yang nawarin bareng kebetulan rumahnya dekat juga, cuma aku belum kenal kan sama cowok ini. Jadi mikir kalau ikut komunitas temanku kan enak bisa bareng dia yang aku juga udah kenal. Toh jenis komunitasnya sama. Apa itu kebetulan?

Katanya doa orang terdzalimi cepat dikabulkan. Apa aku mendzalimi mereka ya? Haha entahlah. Cuma yang jelas apapun yang kita lakukan pasti kita rasakan balik, entah itu kebaikan atau kejahatan, membuat orang senang atau sedih. Jadi hati-hati banget deh sama perasaan orang lain, perasaan cowok mungkin khususnya. Duhh, maaf ya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka