Lagi suka banget baca hal-hal yang berbau sejarah, cerita pewayangan, dan kearifan masa lalu. Setelah beberapa waktu lalu sempat baca sejarah perpindahan agama Hindu-Budha ke Islam di tanah air bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Majapahit, saya jadi penasaran dan ingin mempelajari lebih banyak tentang sejarah. Ada satu karakter yang sangat saya kagumi bernama Sabda Palon. Sabda Palon mungkin seperti Semar di cerita pewayangan, penuh hikmah dan kebijaksanaan. Mengulik-ngulik kearifan masa lalu membuat saya tertarik untuk menghubungkannya dengan realita masa kini dan mengambil hikmahnya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah habis melahap Bhagavad Gita, dalam semalam saya melahap novel 'Gegernya Satrio Piningit' karya Dhimas Wisnu Mahendra. Sayang, ceritanya bersambung dan masih dalam tahap penulisan, sudah tidak sabar rasanya. Novel ini menggabungkan sejarah, cerita pewayangan, ramalan dan realita kondisi tanah air. Overall, salut untuk wawasan penulisnya, menarik!
Saya jadi meyakini bahwa apa yang terjadi sekarang hanyalah pengulangan sejarah masa lalu dengan tokoh yang berbeda. Layaknya dalang membawa cerita di panggung yang sama dengan tokoh-tokoh yang berbeda tapi inti ceritanya tetap sama. Kebaikan melawan keburukan dan akhirnya kebaikan lah yang menang. Ya, hidup kita adalah sebuah perjalanan dimana kebaikan dan keburukan saling tarik menarik. Di atas segala kearifan yang ada, tugas penting bagi seorang wayang seperti kita adalah mengikuti titah cerita sang dalang apapun perannya.
Dulu saya sangat logis atau close minded lebih tepatnya karena apapun yang di luar logika saya akan langsung saya tolak mentah-mentah. Namun ternyata batas dapat diterima logika saya hanyalah sebatas kemampuan saya memahami sesuatu dan sayangnya saya terlalu tinggi hati menganggap apa yang saya anggap logis adalah satu-satunya yang logis, bodoh! Banyak sekali hikmah di sekeliling kita yang dapat dipetik secara langsung maupun tidak langsung yang sungguh dapat mengajari kita asal kita dapat membuka pikiran dan hati. Sungguh, hanya dengan pikiran dan hati yang terbuka kita dapat memahami sesuatu dengan apa adanya bukan berdasarkan logika kita, preferensi kita atau prasangka kita sendiri termasuk dalam memahami bagaimana sejarah, cerita pewayangan, kearifan masa lalu berhubungan dengan realita masa kini. Akhirnya, selamat belajar selamat memahami :)
Apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga ia berlaku seperti samudera yang menampung sampah-sampah? Apa gunanya kepandaian kalau tidak memperbesar kepribadian seseorang sehingga ia makin sanggup memahami orang lain? -Emha Ainun Najib-
Komentar
Posting Komentar