Langsung ke konten utama

Preferensi

Setiap orang mempunyai preferensi, baik benda maupun sifat. Preferensi merujuk pada apapun yang kita sukai. Yang sesuai preferensi membuat kita nyaman dan sebaliknya tidak membuat kita nyaman. Tidak ada yang salah dengan itu, hanya ketika itu mengganggu batas makhluk yang lain maka preferensi kita menjadi salah. Sebagai contoh, kita lebih senang makan langsung dengan tangan tanpa sendok atau garpu, itu sah-sah saja sampai pada batas dimana jika tidak menggunakan sendok adalah tidak sopan, mungkin seperti di perjamuan makan kerajaan misalnya. Ada yang unik ketika misalnya datang telat menjadi preferensi saya. Sah-sah saja bukan? Pertanyaan selanjutnya adalah apakah itu mengganggu yang lain? Jika ternyata saya janjian dengan orang yang mempunyai preferensi yang sama, maka itu tidak salah. Sebaliknya, dengan yang suka datang tepat waktu maka saya mengganggunya dan itu menjadi salah. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa preferensi kita atau orang lain tidak dapat menjadi standar apakah sesuatu itu benar atau salah, terlalu ringkih mendasarkan kebenaran pada preferensi. Namun, hal yang perlu diingat juga adalah kita hidup secara sosial sehingga sudah sepantasnya kita beradaptasi dan tidak berlaku sewenang-wenang. 

Mencoba hal-hal yang bertolak belakang dari preferensi menurut saya patut untuk dicoba selama tidak mengganggu hal-hal prinsipil atau batas yang lain. Kita bisa banyak belajar dan memahami hal-hal baru dan tidak pernah buang waktu jika niatnya benar. Apa yang bukan saya menjadi sesuatu yang menarik walaupun ya saya akui tidak pernah nyaman untuk melakukan sesuatu di luar preferensi apalagi sendirian. Coba deh pikirkan berapa banyak yang kita lewatkan hanya karena kita menjawab, "gak gw banget".."gaya gw gak kaya gitu".. "gw bukan orang kaya gitu".."bukan tipe gw" dan lainnya yang intinya bukan saya. 

Well, tidak ada yang salah juga dengan segala yang sudah membuat kita nyaman selama ini. Jika kita memilih hanya apa yang membuat kita nyaman sah-sah saja. Namun, jangan mengidentifikasikan diri kita dengan preferensi kita walaupun itu hal yang paling mudah untuk dilihat. Manusia bukanlah hanya preferensi, kita lebih dari itu. Dan jangan menghakimi yang lain hanya berdasarkan preferensinya karena jika begitu pastinya sulit sekali untuk belajar dari mereka yang sebagian besar preferensinya bertolak belakang dengan preferensi kita :) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu