Langsung ke konten utama

Kembali Fitri

Momen lebaran memang tidak lepas dari maaf-maafan dan silaturahmi. Kalimat semoga kembali fitri dan mulai dari nol lagi tidak jarang kita dengar. Kembali fitri artinya kembali ke fitrah manusia yang bersih dan suci (mulai dari nol lagi). Bagaimana benar-benar bisa kembali fitri? 

Saya ingat nasihat yang dibagikan oleh teman saya tentang orang Jepang. Pelajaran moral pertama yang diajarkan orang Jepang kepada anak-anak mereka adalah empati. Bagaimana bisa merasakan orang lain membuat mereka mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi. Bagaimana mereka menghormati yang muda, menyayangi yang tua, menghargai sesama, membuat hidup selalu rukun. Dengan empati yang tinggi tidak mungkin seseorang berbuat jahat kepada orang lain karena mereka bisa memposisikan dan merasakan orang lain. Orang berbuat jahat terhadap orang lain tidak bisa merasakan rasa orang lain dalam dirinya. Rasa kita sama jika saja kita mau bercermin. Misalnya ketika kita mendengar curhatan teman kita yang menjelek-jelekan orang lain. Jika kita mempunyai empati yang tinggi, kita bisa merasakan betapa kesalnya teman kita sehingga ia menjelek-jelekan orang lain sebagai luapan kekesalannya. Namun, kita juga bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang dijelek-jelekan. Kita mendengarkan teman kita, tapi tidak ikut hanyut menjelek-jelekan orang juga. 

"Kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan kejahatan itu juga untuk dirimu sendiri. Bagaimana orang lain memperlakukan dirimu adalah karmanya sendiri dan bagaimana kamu memperlakukan orang lain adalah karmamu sendiri."

Ketika kita membalas kejahatan orang lain dengan kebaikan, bukan untuk orang lain, melainkan untuk kita sendiri karena kita menyayangi diri kita sendiri. Nilai kita ditentukan oleh bagaimana kita bersikap. Sejauh yang saya baca, dengar, dan lihat, saya menyadari bahwa bagaimanapun jahatnya orang lain, kita tidak pernah punya hak untuk jahat terhadap mereka. Kita terlalu berharga untuk melakukan sesuatu yang dangkal. Sayangnya hanya ketika hati kita suci, kita dapat selalu berlaku baik. Lihat saja anak kecil, bagaimanapun kerasnya ia nangis karena dijahili temannya tetap saja besok ia main dan tertawa lagi.

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai.
(QS. Al Fajr [89] : 27-28)

Hal yang paling mudah untuk dapat kembali fitri adalah dengan benar-benar menyadari bahwa kita tidak punya apa-apa. Semua ini adalah milikNya dan akan kembali kepadaNya. Manusia lahir tidak membawa apa-apa. Raga dan sukma ini pun hanya titipan dan bukan milik kita. Menyadari bahwa kita tidak punya apa-apa dan semua ini adalah titipan membuat kita tidak pernah berani untuk melakukan sesuatu yang dangkal. Mensyukuri apa yang telah Ia berikan membuat hati kita tenang dan puas. Tugas kita adalah untuk berbakti sehingga kita diridhaiNya. Sembah sujud hanya kepadaNya. Semoga kita bisa kembali fitri. 

Taqabbalallahu minna wa minkum
Minal 'aidin wal faidzin
Mohon maaf lahir dan batin
Selamat Idul Fitri 1438H 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka