Langsung ke konten utama

Seberapa berharganya kamu?

Dari skala 1 – 10, kamu akan memberi nilai berapa untuk pertanyaan “Seberapa berharganya kamu?” Kamu bisa memilih angka 10 sebagai angka tertinggi untuk dirimu, tapi apakah benar kamu memperlakukan dirimu demikian? Hanya kamu sendiri yang bisa menjawabnya. Saya juga tidak akan bilang kalau kamu seberharga itu.


Harga seseorang sering didefinisikan oleh dirinya sendiri melalui bagaimana orang lain atau faktor luar memperlakukannya. Contoh sederhana saja, jika seseorang banyak disukai orang lain maka ia akan berpikir bahwa dirinya menarik, terlepas dari siapa saja yang menyukainya, seperti apa orang yang menyukainya, dll. Semakin banyak yang menyukainya, semakin menariklah ia menurut anggapannya. Sayangnya, hal yang demikian juga berlaku sebaliknya. Jika tidak ada seseorang yang menyukainya, ia berpikir bahwa dirinya tidak menarik sama sekali.

Disini lingkungan membentuk opini-opini yang sering begitu saja kita terima sebagai kebenaran tanpa kita analisa lebih jauh. Dari contoh di atas kita dapat membuat 2 premis sebagai berikut:
  • Saya menarik
  • Banyak orang menyukai saya
Dari kedua premis tersebut, buatlah sebuah kalimat dengan menggunakan kata sambung karena. Kalimat mana yang akan kamu pilih?

“Saya menarik karena banyak orang menyukai saya”
atau 
“Banyak orang menyukai saya karena saya menarik”


Hubungan keduanya adalah sebab-akibat. Tergantung kita menentukan yang mana sebab yang mana akibatnya. Sebab dan akibat adalah satu hal. Kita harus fokus pada sebab karena akibat hanyalah hasil dari sebab. Contoh yang lain:
  • Saya rajin belajar
  • Saya pintar 
  • Banyak orang memuji saya
Kamu pasti bisa langsung membuat kalimat seperti ini ya.

“Banyak orang memuji saya karena saya pintar. Saya pintar karena saya rajin belajar”

Hal yang aneh adalah ketika kita fokus pada akibat tanpa mau tahu sebab. Orang mau pintar tapi tidak mau belajar, jadilah banyak orang suka mencontek agar nilainya tinggi dan bisa dibilang pintar. Dibilang pintar lho, bukan benar-benar pintar. Orang mau kaya tapi tidak mau bekerja, jadilah banyak orang mencuri agar hartanya banyak dan bisa dibilang kaya. Dibilang kaya lho, bukan benar-benar kaya. 

Cara orang lain atau lingkungan memperlakukan kita bisa menjadi sebab maupun akibat tergantung bagaimana kita memandangnya. Bisa saja lingkungan yang tidak baik membuat kita menjadi tidak baik atau kita yang baik mengubah lingkungan yang tidak baik menjadi baik. Orang-orang yang bijak memilih untuk fokus pada apa yang bisa mereka kendalikan. Maka, fokus kita adalah pada sebab yang bisa kita kendalikan. Kita tidak bisa mengendalikan orang lain dan lingkungan untuk menyukai kita, tapi kita bisa membuat diri kita menjadi seseorang yang menarik. Hal itu juga berlaku pada sebab-akibat yang lainnya.

Jadi, seberapa berharganya kamu? Jawabannya kamu sendiri yang menentukan. Bukan karena kamu anak siapa, kamu lulusan apa, kamu kerja apa atau faktor-faktor luar lain yang mendefinisikan dirimu. It's simply based on your decision to be that precious!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka