Kamu tidak bisa menolong orang lain. Kamu juga tidak pernah bisa mencelakakan orang lain. Yang menolong dan mencelakakan orang itu ya amal perbuatannya sendiri. Kalau kamu menolong orang lain, kamu perantara amal baiknya sehingga ia jadi ditolong. Kamu jalannya balasan kebaikan itu kembali kepadanya. Sedangkan, kebaikanmu itu tabungan kamu untuk kesempatan agar ditolong nantinya. Jadi, jangan merasa berjasa karena sudah berbuat baik kepada orang lain. Kamu itu cuma perantara. Jangan menuntut balas budi orang lain, cukup bersyukur saja kamu bisa menjadi perantara kebaikan.
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,…” (Q.S: al-Isra’: 7)
Nah, kalau kamu kesal dengan orang lain, jangan merasa orang lain itu jahat sama kamu. Mereka juga cuma perantara. Mereka begitu itu bisa jadi alasannya karena kamu juga pernah jahat kepada orang lain. Mereka itu juga bisa jadi pelajaran agar kamu tidak melakukan apa yang mereka lakukan karena kamu langsung merasakan sakit kan ya jika dijahati orang lain.
Apa yang orang lain lakukan juga nantinya akan balik ke diri mereka sendiri. Tidak usah kamu urusi. Yang kamu urusi itu ya dirimu sendiri. Perbaiki saja terus dirimu.
Tapi ingat ya, apapun yang terjadi adalah atas khendak Gusti Allah. Kalau Ia bilang bisa ya bisa. Kalau Ia bilang tidak bisa ya tidak bisa. Ia Yang Maha Kuasa koq, kamu kan tidak. Jadi jangan GR juga kamu sudah banyak berbuat baik lalu berpikir, "Aku pasti dapat ini itu." Ketika tidak dapat, kamu kecewa dan berpikir bahwa hidup ini tidak adil. Kamu kan tidak tahu persis apa yang baik dan buruk bagi kamu. Yang wajib kamu yakini itu adalah bahwa Gusti Allah Maha Penyayang dan Maha Adil. Ia dekat dengan orang yang berbuat baik. Jadi, tugas kamu ya berbuat baik saja terus. Hitung-hitung menabung kesempatan untuk ditolong.
“..dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata”. (QS Al An’aam 59)
*23 Ramadhan - Renungan dan Nasihat untuk diri sendiri
Komentar
Posting Komentar