Duh manusia, lihat ke atas iri, lihat ke samping ingin melebihi, lihat ke bawah bangga diri. Jargon kita semua sama sepertinya hanya menjadi tong kosong tanpa isi. Menilai dari apa yang terlihat memang jauh lebih mudah daripada capek-capek menelisik lebih jauh dan menganalisa sampai ke akar. Kalau bisa mudah kenapa harus susah? Mungkin begitu pemikirannya. Namun sayangnya, untuk benar-benar menilai secara objektif tidak ada jalan pintas atau sikap masa bodoh. Tanpa kita sadari, apa-apa yang kita lihat dan dengar pun hanyalah ilusi atas apa-apa yang ingin kita lihat dan kita dengar. Banyak penelitian dilakukan untuk menguji bagaimana persepsi/pengharapan kita dapat menyalahartikan kebenaran. Penting halnya untuk selalu bersikap open minded dan tidak merasa benar sendiri walaupun kita yakin kita benar karena mungkin saja persepsi itu kita genggam sebagai kebenaran. Ya, kebenaran yang kita inginkan bukan kebenaran yang apa adanya.
Dalam teori change management, tahap pertama perubahan dimulai dengan penyangkalan. Saya salut dengan orang-orang yang berani mengevaluasi dirinya dan melihat kedalam tentang apa yang benar-benar bisa mereka ubah. Mereka tidak memilih untuk mengevaluasi orang lain dan berpikir harusnya orang lain yang berubah. Sesuatu yang benar haruslah benar secara universal, bukan disini benar disana salah. Contoh sederhana saja ilusi kebenaran mengenai tata krama. Di negeri Barat misalnya berjalan hanya mengenakan bra dan celana pendek adalah biasa, sedangkan di Timur hal tersebut dianggap tidak pantas. Oleh karena itu, pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung adalah benar. Jangan memaksakan nilai-nilai kita sendiri di tempat yang berbeda. Bukan lingkungannya yang harus berubah tapi kita yang harus menyesuaikan.
Dalam teori change management, tahap pertama perubahan dimulai dengan penyangkalan. Saya salut dengan orang-orang yang berani mengevaluasi dirinya dan melihat kedalam tentang apa yang benar-benar bisa mereka ubah. Mereka tidak memilih untuk mengevaluasi orang lain dan berpikir harusnya orang lain yang berubah. Sesuatu yang benar haruslah benar secara universal, bukan disini benar disana salah. Contoh sederhana saja ilusi kebenaran mengenai tata krama. Di negeri Barat misalnya berjalan hanya mengenakan bra dan celana pendek adalah biasa, sedangkan di Timur hal tersebut dianggap tidak pantas. Oleh karena itu, pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung adalah benar. Jangan memaksakan nilai-nilai kita sendiri di tempat yang berbeda. Bukan lingkungannya yang harus berubah tapi kita yang harus menyesuaikan.
Kita semua sama adalah kebenaran. Kebenaran ini tidak dilihat dengan kacamata fisik, tapi kacamata rasa. Rasa kita sama adalah kebenaran, rasa kita dimana sebentar senang, sebentar sedih, ingin dicintai, ingin dihargai, dan lain-lain. Jadi ketika ada seseorang yang berkata "saya selalu bahagia" atau "saya selalu menderita" atau "tidak masalah jika ia melukai saya" dapat dipastikan bahwa ia sedang berbohong. Ia hanya sedang menyangkal dirinya sendiri. Akhirnya, memahami manusia adalah dengan memahami rasa kita sendiri. Kita semua sama :)
Komentar
Posting Komentar