Menjelang akhir tahun kemarin, saya ambil cuti. Saya pergi mengunjungi Banyuwangi dengan tiga destinasi utama, Pulau Menjangan, Pulau Tabuhan, dan Kawah Ijen. Saya berangkat Jumat siang menggunakan kereta ekonomi plus, Jayabaya. Saya baru tahu ada kereta ini. Kereta ini cukup nyaman dengan seat 2-2 dan full AC. Perjalanan dari Surabaya ke Banyuwangi terhambat truk yang mogok sehingga memakan waktu 11 jam menggunakan elf. Destinasi pertama adalah Pulau Menjangan. Pulau ini nampak biasa saja di mata saya. Saya dan teman-teman hanya menghabisakan waktu untuk foto. Segera kami berangkat lagi untuk snorkling. Ikan di perbatasan Jawa dan Bali bagus, warna-warni. Saya sangat menikmati snorkling disini, walaupun tidak bisa menyelam ke dasar. Cukup bagi saya snorkling di dua spot berbeda. Bintang laut pun mudah ditemui disini. Kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Tabuhan. Pulau ini adalah pulau tak berpenghuni, walaupun ada beberapa warung penjual makanan. Pulaunya bagus dengan pasir pantai yang cantik dan pemandangan gunung di kejauhan. Saya mengambil banyak foto disini. Walaupun saya tidak mendapatkan sunset karena mendung, saya cukup menikmati pemandangan di pulau ini.
Setelah mengunjungi dua pulau dan puas snorkling, kami kembali. Destinasi terakhir adalah Kawah Ijen. Kami baru sampai kawasan jam 11 malam. Tidur sebentar dan mulai nanjak jam 1 dini hari. Kami mengejar blue fire. Trek ijen tidak begitu curam, tetapi cukup menguras tenaga karena kami kurang tidur. Saya hanya menjumpai satu pos disini. Mendekati kaldera, kabut mulai terlihat dan beberapa orang menawarkan penyewaan masker teroris. Penyewaan masker ini hanya 25.000 dan berguna sekali untuk melindungi dari bau belerang. Sampai di kaldera, kabut begitu tebal. Jarak pandang hanya sekian meter saja. saya dan beberapa teman harus menggunakan senter untuk membantu pencahayaan. Untuk mendapatkan blue fire kami harus turun ke kawah. Karena kabut yang tebal, kami tidak bisa melihatnya dari jauh. Saat sampai di perbatasan, kami mendengar beberapa orang mengeluh. Mereka baru dari kawah dan tidak mendapat blue fire. Kami ragu untuk turun. Beberapa teman memutuskan untuk kembali saja. Rasa penasaran membuat saya menunggu untuk mendengar dari orang lain yang sudah turun kesana. Mereka bilang ada blue fire, namun harus menunggu kabut. Kami masih saja ragu, tiba-tiba kami melihat blue fire dari kejauhan. Bismillah, kami pun turun ke kawah. Dan dimulailah pelajaran sebenarnya.
Trek untuk sampai ke kawah adalah batu-batuan dengan tapak yang sempit sehingga kami harus bersabar untuk menunggu mereka yang di depan kami. Sampai di kawah, kami mencari spot foto yang bagus. Kami tidak berniat untuk mendekati blue fire karena berbahaya. Kami mengambil beberapa foto. Setelah puas, kami pun berniat kembali. Namun, kami masih menunggu dua orang teman yang turun mendekati blue fire. Kami meneriakkan nama mereka, tapi tidak ada jawaban. Kami tetap menunggu, walaupun saya sudah gelisah dan mengajak kembali saja. Kabut semakin tebal. Tiba-tiba kabut menyerang, saya benar-benar tidak bisa melihat apapun dan mata saya terasa perih. Saya hanya memegang lengan teman saya dan memastikan saya tidak kehilangan dia. Saya membuka mata kembali, sayangnya saya hanya bisa melihat teman di samping saya. Sekitar 2 menit berlalu, barulah kami dapat melihat trek dan berjalan kembali. Kabutnya masih tebal dan jarak pandang kami sangat terbatas. Saya ketakutan sampai saya berjalan begitu cepat sebelum menyadari bahwa teman saya tidak ada. Saya hanya ingin cepat-cepat keluar dari sana. Saya ngos-ngosan dan kelelahan. Saya berhenti sejenak, membuka masker saya. Bau belerang masih menyengat. Saya menarik napas dalam-dalam dan merasakan pahitnya tenggorokan saya. Di saat berhenti, saya tidak mendapati siapapun di sekeliling saya. Saya mulai panik dan berdoa. Selang beberapa menit, barulah saya melihat orang lain di kejauhan dan mereka melewati saya. Saya menyadari salah satunya adalah teman saya. Saya melanjutkan pendakian kembali. Walaupun saya tertinggal, setidaknya saya masih dapat melihat mereka. Akhirnya dengan langkah kaki perlahan-lahan sampailah saya di perbatasan kawah dan menemukan teman-teman saya. Kami kembali.
Ijen memberi pelajaran yang sangat dalam bagi saya. Betapa udara yang kita hela setiap saat secara cuma-cuma adalah nikmat yang begitu besar yang harusnya juga kita syukuri setiap saat. Kasih sayang Tuhan melampaui semua keindahan dan keajaiban di alam ini. Sungguh, hidup ini selalu indah andai saja kita selalu ingat betapa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Saya bersyukur.
Komentar
Posting Komentar