Langsung ke konten utama

Inspirasi kebaikan

Saya menonton sebuah iklan yang diproduksi di Thailand. Iklan ini menceritakan tentang seorang pemuda yang setiap hari berbuat baik. Ia bekerja. Sepanjang perjalanan menuju tempat kerjanya ia selalu melakukan hal yang sama. Pertama, melihat air yang mengalir dari genteng rumah orang dan ia menadahinya dengan pot. Lalu, membantu seorang ibu-ibu pedagang yang mendorong gerobaknya. Setiap makan siang, seekor anjing menghampirinya dan ia memberikan setengah makanannya. Ketika pulang bekeja, ia mendapati pengemis, ibu dan anaknya. Gelas anaknya bertuliskan untuk pendidikan. Ia sealu memberikan sisa uangnya hari itu untuk anak pengemis tersebut. Seorang bapak mengamatinya setiap hari dan menggelengkan kepalanya setiap melihat pemuda itu. Untuk apa ia sealu melakukan semua itu. Sampai di kontrakannya, ia pun selalu menggantungkan pisang di pintu kontrakan seorang nenek yang tinggal sendirian.

Semakin lama, tanaman dalam pot itu tumbuh dan berbunga. Ibu pedagang menjadi lebih baik dan tidak segan-segan memberi tambahan pada pembelinya. Anjing yang biasa diberinya makan ikut pulang ke rumahnya dan membantunya membereskan halamanya. Dan suatu ketika anak pengemis yang biasa ia kasih uang tidak lagi ada di tempatnya. Kali ini hanya ada ibunya. Tiba-tiba terdengar suara seorang anak memanggil ibunya. Pemuda itu menengok dan melihatnya. Ia anak pengemis itu. Ia memakai seragam sekolah. Pemuda itu berkaca-kaca menahan haru. Bapak di seberang yang selalu mengamatinya kali ini tidak menggelengkan kepalanya, tetapi terisak. Betapa kebaikan kecil yang dilakukan pemuda itu dapat menyekolahkan seorang anak pengemis. 

Memang pemuda itu tidak menjadi lebih kaya atau lebih terkenal. Ia tidak masuk TV. Hidupnya tidak berubah drastis. Ia masih sama, hanya seorang pemuda yang sederhana. Yang ia dapatkan hanyalah sebuah perasaan. Perasaan yang sangat damai. Perasaan telah melakukan hal yang benar. Perasaan dicintai. Perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Perasaan bersyukur yang sangat. Perasaan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Perasaan bahwa ternyata hidupnya bermakna.

Iklan lainnya yang saya tonton bercerita tentang seorang anak yang berlatih keras bertinju. Ia selalu berlatih dan ditemani oleh adik kecilnya. Sampai waktunya, ia bertanding dan berkompetisi. Karena latihan yang begitu keras, ia dapat memenangkan pertandingan itu. Adiknya begitu bangga terhadapnya. Orang-orang di sekeliingnya bersorak-sorai atas kemenangannya. Satu ketika ia dihadang oleh seorang anak. Anak ini memalaknya. Ia mengepalkan tangan siap untuk meninjunya. Namun, tiba-tiba ia melepaskan kepalanya setelah melihat jauh ke dalam mata anak itu. Ia memberikan uangnya. Anak itu pun pergi. Adiknya bertanya, ‘kenapa tidak kau tinju dia?’. Sang kakak menjawab,’tidak, ia kelaparan.’ Iklan itu berjudul ‘Boxing makes you bigger.’ 

Saya menghapus air mata saya setelah melihat kedua iklan tersebut dan tersenyum. Saya berpikir dan merenung sejenak. Mana yang lebih penting untuk terlihat hebat dan menjadi paling kuat atau mengasihi sesama dan memberi makan mereka yang kelaparan? Mana yang lebih penting menjadi kaya dan terkenal atau menjalani hidup yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain? Mana yang lebih mengenaskan kehilangan materi dan kelelahan atau kehilangan cinta dan kesepian? Banyak hal yang nampaknya penting bukanlah hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup kita. Jangan sampai kita sibuk mengejar perak sementara emasnya ada di dekat kita dan tidak kita lihat.

Tahun ini segera berakhir. Setiap akhir tahun kebanyakan orang membuat resolusi untuk tahun depan. Kita berdoa dan berharap untuk hidup yang lebih baik. Tak terkecuali saya, saya pun membuat resolusi. Resolusi saya sederhana. Tahun depan saya ingin melakukan lebih banyak kebaikan dari saya bangun pagi sampai saya tidur malam. Kalau kamu, apa resolusinya? :)

Happy new year 2017.. Semoga menjadi tahun yang lebih baik dari sebelumnya untuk kita semua.. Aaminn..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka