Langsung ke konten utama

Antara Realita dan Imajinasi

Apa sih ketakutan terbesar dalam hidup? Kematian, rasa malu, kehilangan, tidak dihargai? Banyak orang menyimpan banyak ketakutan yang membuat diri mereka khawatir. Begitu juga saya. Pekerjaan yang membosankan membuat saya khawatir. Hubungan yang renggang membuat saya khawatir. Diri saya sendiri membuat saya khawatir. Kekhawatiran bermula dari ketakutan akan sesuatu yang belum terjadi. Sesuatu yang belum terjadi bisa kita sebut imajinasi atau prasangka. Kalau saya begini nanti akan begini, kalau saya begitu saya akan begitu, dan kalau-kalau yang lainnya. Apapun yang belum terjadi bukan lah realita. Ia hanya imajinasi. Penting kiranya untuk membedakan antara realita dan imajinasi sehingga kita tidak salah dalam menilai sesuatu atau seseorang. 

Ingat cerita Nabi Khidir dan Nabi Musa? Dalam cerita tersebut, Musa meminta izin untuk mengikuti Khidir agar ia mendapatkan pengajaran. Khidir menjawab bahwa Musa tidak akan mampu bersabar bersamanya. Musa tetap ingin mengikutinya. Khidir mengizinkan dengan syarat Musa tidak boleh bertanya tentang apapun yang dilakukannya. Di dalam perjalanan, Khidir melakukan 3 hal dan 3 kali juga Musa bertanya kepadanya. Akhirnya, Khidir menjelaskan hakikat ketiga hal tersebut dan pergi meninggalkan Musa. Salah satu hal yang dilakukan Khidir adalah merusak perahu yang mereka tumpangi. Musa berpikir mengapa Khidir tega melakukannya padahal sang nelayan sudah berbaik hati memberikan mereka tumpangan. Dalam kasus ini, merusak perahu nelayan adalah realita, sedangkan Khidir melakukan sesuatu yang jahat adalah imajinasi atau prasangka. Prasangka tersebut hanya ada dalam pikiran Musa, bukan realita. Di akhir cerita, Khidir menjelaskan bahwa ia merusak perahu tersebut agar perahu tersebut tidak diambil oleh penguasa yang zalim. Dengan penjelasan ini, Musa baru mengerti. Merusak perahu adalah realita. Prasangka Musa terhadap Khidir adalah prasangka. Penguasa zalim yang merampas perahu adalah imajinasi bagi mereka yang belum melihatnya, tetapi realita bagi mereka yang sudah melihatnya. Oleh karena itu, apa yang dilakukan seseorang akan sesuai dengan kadar ilmunya. Ilmu yang bukan hanya berdasarkan imajinasi atau prasangka.

Tidak seharusnya apa-apa yang belum terjadi membuat kita ketakutan dan khawatir apalagi sampai merugikan diri sendiri. Ketakutan dan kekhawatiran membuat kita tidak siap untuk menghadapi realita saat ini. Berpijak pada realita akan selalu membuat diri kita siap menghadapi apapun. Namun, kita harus dapat membedakan terlebih dahulu mana yang benar realita atau hanya imajinasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu