Langsung ke konten utama

Memaafkan di Awal

If everyone is happy with you, surely you have made many compromises in your life. If you are happy with everyone, surely you have ignored many faults of others. 

Seorang sahabat tiba-tiba chat saya pagi ini dan bertanya, ‘Kenapa lo bisa punya stok maaf sampe 5 tahun ke depan, Nis?’ Rupanya dia masih kesal dengan seseorang yang juga pernah membuat saya kesal bukan kepalang. Beberapa hari lalu dia bercerita tentang konfliknya. Saya kira dia hanya sedang emosi saat itu. Namun, ternyata dia sakit hati sampai-sampai sahabat saya ini tidak ingin lagi bertemu dengan orang itu. Sedangkan, saya sudah memaafkan orang itu. Saya pernah bercanda dengan orang itu dan berkata, ‘Iya gak apa-apa say, gw udah maafin lo buat 5 tahun ke depan. Tenang aja.’ Itu janji saya.

Saya dapat inspirasi pemaafan di awal dari sebuah workshop yang saya datangi. Seorang murid sering sekali membuat kesalahan. Setiap kali ia melakukan kesalahan, ia meminta maaf kepada gurunya. Gurunya berkata, ‘Saya sudah memaafkan kamu untuk 5 tahun ke depan.’ Murid itu masih saja membuat kesalahan. Namun, pemaafan gurunya menyadarkan ia untuk belajar dari kesalahan-kesalahannya bahkan dari kesalahannya yang terbesar. Ia tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Murid itu bertumbuh menjadi pribadi yang bijak. 

Memaafkan bukanlah untuk kebahagiaan orang lain. Memaafkan adalah untuk kebahagiaan kita sendiri. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Manusia bukan malaikat. Tidak ada orang yang bermaksud dengan sengaja menyakiti kita. Jikapun menurut kita ada, sebenarnya mereka hanya menyakiti diri mereka sendiri karena mereka tidak bahagia. Memaafkan berarti tidak membiarkan orang lain menentukan kebahagiaan kita. Kita yang memilih untuk merasa tersakiti atau merasa tidak terpengaruh dengan sikap mereka. Mungkin kebanyakan orang akan menganggap kita pura-pura bahagia. Biarkan saja. Kita berhak mendapatkan kebahagiaan kita sendiri. Kita yang merasakannya. Kita tidak mengizinkan diri tersakiti dengan mudah. Bukankah jika tidak tersakiti dengan mudah artinya lebih damai? Mana yang lebih penting, memaafkan dan mengizinkan diri kita bahagia atau menyimpan luka?

Saya tidak menjawab sepanjang itu ke sahabat saya. Saya hanya menjawab, ‘Karena gw inget selama lebih dari 10 tahun kita baik-baik aja. Kalau sekarang ada masalah dan gw fokus sama kesalahannya, itu gak ngapus kebaikannya yang jauh lebih banyak selama tahun-tahun kita baik-baik aja.’ Jawaban saya tidak serta merta diterima sahabat saya. Saya tidak bisa memaksakan sahabat saya untuk bersikap sama. Ia sendiri yang memutuskan sikap apa yang ia pilih untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, apapun sikap yang kita pilih sudah sepatutnya membuat kita merasa damai, tentram, dan bahagia, bukan sebaliknya.

Komentar

  1. setuju banget memaafkan adalah untuk kebahagiaan diri sendiri ��

    BalasHapus
  2. Kalau gue si, prinsipnya Tuhan aja maha pemaaf masa kita hambanya tidak? Dan memaafkan seakan akan seperti harga mati, selagi orang tersebut bersungguh sungguh minta maaf dan menyesali perbuatanya.

    BalasHapus
  3. Indahnya memaafkan...
    Tks kaknis.. Inspiring

    BalasHapus
  4. Indahnya memaafkan...
    Tks kaknis.. Inspiring

    BalasHapus
  5. Indahnya memaafkan...
    Tks kaknis.. Inspiring

    BalasHapus
  6. Indahnya memaafkan...
    Tks kaknis.. Inspiring

    BalasHapus
  7. Memaafkan, maafin aku nis hahaha

    BalasHapus
  8. Memaafkan berarti tidak membiarkan orang lain menentukan kebahagiaan kita. Kita yang memilih untuk merasa tersakiti atau merasa tidak terpengaruh dengan sikap mereka


    Love statment di atas, krena maemaafkan dulu, ikhlas kemudian, kalau brusaha keras utk mengikhlaskan tapi belum memaafkan, suliiiit sekali...

    BalasHapus
  9. "Memaafkan adalah untuk kebahagiaan kita sendiri" setuju dengan kutipan ini,mau bahagia atau tersakiti remote kontrolnya ada dihati kita

    BalasHapus
  10. jangan sampe kaya lagu element maaf dari surga... maafkan seblum memaafkan.. inspiring kaaaks

    BalasHapus
  11. Setuju kak.. Memaafkan supaya hati kita lebih tenteram :)

    BalasHapus
  12. Memaafkan adalah kunci untuk berdamai, terutama dgn diri sendiri ☺

    BalasHapus
  13. yuk kita saling memaafkan...

    walau sebagian orang terkadang gengsi minta maaf terlebih dahulu...

    BalasHapus
  14. Setuju ka nis, sahabat yang baik tak akan memaksakan sahabatnya menjadi seperti dirinya. Tapi percayalah, dia akan sampai di titik itu jika hal itu yang terbaik.

    BalasHapus
  15. Memaafkan itu sangat indah yaa... mungkin memang tidak dapat mengubah apa yang telah terjadi, tapi pasti bisa memperindah masa depan.

    BalasHapus
  16. Setiap orang berhak bahagia. Dengan dia menyimpan rasa dendam dan amarah,sama aja dia menyakiti diri sendiri. Ingin bisa lebih bahagia itu sederhana. Maafkan dan ikhlaskan serta berbuat baiklah dan tolong-menolong kepada seluruh mahluk hidup. Nice share

    BalasHapus
  17. inspiring banget, kak nis..
    terima kasih sharingnya :)

    BalasHapus
  18. karena memaafkan adalah hal yang mulia

    BalasHapus
  19. belajar untuk memaafkan. walau.susah..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka