Langsung ke konten utama

Audit

Apa yang terbayang di benakmu ketika mendengar kata audit? Keuangan? Biasanya audit memang selalu dikaitkan dengan keuangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, audit diartikan; 1. pemeriksaan pembukuan tentang keuangan (perusahaan, bank, dan sebagainya) secara berkala; 2. pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkannya. Selalu ada kata uang dalam definisinya. Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika orang lain mendengar saya melakukan audit internal dan diaudit oleh pihak eksternal, mereka berpikir saya bekerja di bagian keuangan. 

Defini audit yang lebih objektif dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Audit)

Saya tidak bekerja di bagian keuangan, tapi bagian saya diaudit secara berkala oleh pihak eksternal yang ditunjuk oleh pelanggan utama perusahaan saya. Baru di perusahaan saya ini saya diaudit. Tidak hanya 1 jenis audit, tetapi 3 jenis audit dilakukan dalam setahun. Audit tersebut adalah audit yang dilakukan oleh Regional, audit yang berkaitan langsung dengan sumber daya manusia, dan audit mutu yang tidak terlepas dari sumber daya manusia. Hasil ketiga audit tersebut berdampak pada kesehatan dan keberlangsungan bisnis. 

Audit berfungsi sebagai kontrol atas praktek bisnis yang dilakukan. Ketika perusahaan dan bagian-bagiannya berkomitmen untuk menjalankan praktek bisnis yang sesuai dan taat hukum sesungguhnya audit tidak diperlukan. Namun, setiap perusahaan besar saat ini pasti diaudit secara eksternal khususnya audit keuangan. Tidak hanya keuangan, setiap bagian dalam perusahaan dapat diaudit secara independen oleh bagian lainnya. Hasil audit kemudian dapat memperlihatkan apakah praktek bisnis suatu perusahaan masih sehat dan menguntungkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka