Langsung ke konten utama

Storytelling is about life

Saya baru ikut workshop and it's so inspiring. Workshop ini diadakan gratis oleh Mba Syarika, seorang konsultan kreatif yang berkantor di Kemang. Sosok wanita ini cantik, pintar, rendah hati, visioner, idealis, dan murah hati. Perpaduan sifat yang hebat. Ia besar di Inggris. Ia kuliah hubungan international dan politik lalu melanjutkan ke film dan sempat berkiprah di Hollywood. Super! Workshop ini bertema storytelling atau bercerita. Pelajaran yang saya ambil dari workshop ini sangat banyak.

  • Storytelling is about giving perspective not truth. Kita menulis untuk pembaca. Kita membuat film juga untuk penonton. Ini bukan tentang benar atau salah, tapi bagaimana kita menyampaikan satu pesan dan memperkuatnya dari sudut pandang kita di setiap bagian.
  • Everything has pattern. Sudah hukum alam sepertinya setiap pembelajaran mempunyai pola. Bercerita pun demikian. Ia ada ilmunya, ada tekniknya. Kita belajar apa saja, baik menulis, olahraga, musik, semua menggunakan teknik dasar dulu sebelum bisa menjadi profesional. Memang banyak penulis yang berkata tulisannya mengalir bebas, tapi tidak banyak pembacanya jika tidak pake teknik. 
  • Limit develops creativity. Bukan dengan dibebaskan kita menjadi kreatif, tapi dengan adanya keterbatasan kita menjadi kreatif. Kita bebas berekspresi, tapi tetap ada hukum-hukum yang tidak bisa tidak kita ikuti. Ketika dibatasi justru kita berpikir bagaimana memberikan sesuatu yang berbeda dengan sarana dan prasarana yang ada.
  • Complexity is sign of laziness. Cerita harus dimengerti dan dipahami oleh pembaca. Bagaimana membuat cerita yang sederhana tapi menarik itu lah tantangannya. Ketika ceritanya begitu kompleks, kita seharusnya berpikir untuk tetap dapat menampilkannya dengan sederhana.  
  • Story has message. Mungkin cerita tidak harus bertema, tapi tema membuat apa yang kita tulis atau adegan yang kita pilih tidak kehilangan relevansi. Tentukan temanya dan berikan hint-hint atau metafora-metaforanya di sepanjang cerita sehingga di akhir pesan kita sampai pada pembaca. Ya, cerita mengarahkan opini pembaca ke sudut pandang kita. Namun, bukan urusan kita mereka setuju atau tidak. Lebih baik kita menyampaikan dan memperkuat pesan yang universal.
  • Story is not from A to B but from A back to A. It's brilliantPelajaran yang begitu dalam untuk saya. Sama seperti perjalanan nanjak yang sempat saya tulis, puncak gunung itu bukan tujuan tetapi rumah. Ternyata cerita pun begitu. Ini bukan tentang perjalanan dari satu titik kehidupan ke titik lainnya, tapi dari titik awal kembali ke titik awal lagi. Bagaimana perjalanan sesungguhnya membuat kita atau tokoh menjadi lebih baik dari awal memulainya adalah inti ceritanya.

Masih banyak lagi yang saya dapatkan dari workshop ini. Bagaimana menciptakan tokoh dalam cerita pun seperti mengenali dan mendalami karakter manusia. Ini pun berlaku untuk brand atau produk. Akhirnya, cerita yang kita tulis tidak terpisah dari pelajaran hidup. Hidup adalah cerita adalah perjalanan kita. Bagi saya titik awal adalah Ia dan kembali kepadaNya. Hidup kita sudah sunnatullahnya mempunyai pesan. Mungkin berbeda-beda untuk setiap orang. Pesan itu bisa kita rasakan dalam episode-episode kehidupan kita dan pesan besarnya akan terbaca di akhir hidup kita. Hidup pun punya pola. Ia selalu berputar, kadang di atas kadang di bawah, kadang senang kadang sedih, kadang bersyukur kadang mengumpat. Cerita kita sudah ditulis batas-batasnya. Namun, kita bisa menentukan jalan cerita di antara batas-batas tersebut. Memahami pesan yang kita emban dalam kehidupan dan menyampaikannya di akhir mungkin adalah tugas dari setiap kita dalam kehidupan. Terima kasih Mba Syarika inspirasinya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu