Langsung ke konten utama

Mendung dan Mellow

Entah kenapa setiap cuaca mendung membuat saya melankolis atau mellow. Pagi ini setelah mandi saya tidur lagi. Hawanya membuat saya ngantuk. Saya harus memaksa diri saya untuk bangun dan berangkat kerja. Bulan Januari yang menjadi awal permulaan tahun harusnya membuat saya bersemangat. Sayang, bulan ini ada dalam musim hujan yang cuacanya tidak jarang mendung. Untuk menyiasati diri saya agar tetap semangat dalam cuaca yang mendung, saya biasanya memilih pakaian dengan warna cerah. Asosiasi warna cerah adalah keceriaan dan semangat. Warna cerah pun selalu berhasil memperbaiki suasana hati saya yang mellow. Saya memilih warna biru terang hari ini. Biarlah langit mendung, saya ingin tetap merasa cerah.

Saya berpikir apakah mendung dan mellow memang selayaknya berpasangan. Saya juga heran kenapa mendung bisa secara otomatis membuat saya mellow. Mendung secara otomatis membuat saya kehilangan gairah. Rasa malas pun bergelayut manja. Belum lagi kenangan-kenangan yang tiba-tiba muncul dan membuat saya sedih. Duh, berantakan jadinya suasana hati saya. Asosiasi mendung di otak saya tanpa sadar mungkin hanyalah mellow sehingga tidak mengherankan setiap kali mendung setiap itu juga saya mellow. Sudah benarkah asosiasi ini? Hmm, sayang sekali jika setiap mendung saya merasa mellow. Bukankah itu hanya membuat saya sedih dan malas?

Bagaimana ya jika saya ubah asosiasinya? Saya ingin tetap ceria dan semangat walaupun mendung. Bagaimana jika mendung berarti sejuk? Sejuk keadaannya dan sejuk suasana hatinya. Merombak asosiasi bawah sadar ini tentu tidaklah mudah. Apa yang sudah tertanam dalam-dalam sangat melekat pada diri kita. Untuk mengubahnya, tidak cukup dengan sekali saja kita berkata. Pertama, kita harus sadar bahwa ada yang salah atau tidak pas dalam definisi kita. Kita harus benar-benar ingin mengubahnya. Setelah itu, kita harus mensugesti pikiran kita dengan afirmasi. Afirmasi positif setiap hari untuk definisi atau asosiasi baru tersebut mungkin harus dilakukan minimal selama 30 hari berturut-turut sehingga asosiasi baru itu benar-benar bekerja. 30 hari membentuk asosiasi baru dan kebiasaan baru.

Setelah asosiasi baru terbentuk dan benar-benar bekerja, mendung dan mellow sepertinya sudah tidak pas lagi. Mendung dan mellow akan menyadari bahwa mereka memang tidak cocok bersama. Mellow pergi meninggalkan mendung. Mereka berpisah. Mendung kini sendiri. Ia kesepian dan butuh pasangan baru. Mendung akhirnya bertemu sejuk. Mendung jatuh hati. Mendung dan sejuk memilih untuk bersama. Mendung menemukan pasangan barunya. Mereka pasangan yang akur dan serasi. Mendung dan sejuk pun membuat setiap hati merasa lebih baik. Duh, saya jadi beneran mellow ini.

Asosiasi yang tidak pas perlu diubah. Kita sepatutnya memilih berbagai asosiasi dan definisi yang memberdayakan, walaupun mungkin kita sudah terbiasa dengan yang tidak memberdayakan. Seperti mendung dan mellow yang harus berpisah, seperti itu juga perumpamaan asosiasi buruk lainnya. Mendung dan mellow kini hanya tinggal kenangan bagi saya :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu