Langsung ke konten utama

Waktu Paling Berharga

Setiap orang yang saya tanya kapan waktu yang paling berharga, dengan lantang menjawab 'saat ini'. Menurut kamu juga begitu kah? Menurut saya ya, saat ini. Setelah mengetahui jawaban tersebut sering kali kita melupakannya. Pertanyaan itu seperti salah satu pertanyaan ujian yang kita jawab lalu kita lupakan. Coba tanyakan ke diri masing-masing, sudah sebagaimana kah kita menghargai saat ini? Apakah sehari-hari kita merefleksikan pentingnya momen saat ini? 

Jika kita benar-benar memahami esensi pentingnya saat ini, kita tidak akan terjebak dengan kenangan masa lalu atau angan-angan masa depan. Maksudnya seperti apa? Ketika berbicara tentang masa lalu, apa-apa yang kita lakukan dan kita alami pastinya telah menjadi kenangan. Kenangan baik dan kenangan buruk menurut kita telah mewarnai masa lalu kita. Kenangan baik bisa berupa masa-masa indah dengan mantan kekasih. Kenangan buruk bisa berupa sikap kita yang melukai mantan kekasih. Ketika kita terjebak dengan masa lalu, kita merasa sangat menyesal atas kesalahan yang kita lakukan dan ingin mengulang kembali masa-masa indah bersamanya. Sedangkan jika kita menghargai saat ini, kita akan sepenuhnya menyadari dan menerima bahwa hubungan kita telah berakhir. Dengan mudah kita menegaskan bahwa kita sudah move on

Ketika bicara tentang masa depan, apa-apa yang kita lakukan atau inginkan masih menjadi angan-angan. Angan-angan dalam hubungan bisa berupa harapan atau ekspektasi kita terhadap orang lain. Sayangnya, jika kita terjebak dengan masa depan, kita akan banyak kecewa karena apa yang terjadi saat in belum sesuai dengan ekspektasi kita. Sedangkan jika kita menghargai saat ini, kita akan menjaga hubungan yang kita miliki dan bekerja untuk membuatnya lebih baik. Fokus kita bukan berada jauh disana, tapi disini dan saat ini sehingga kita benar-benar bekerja untuk membuatnya lebih baik, bukan hanya berangan-angan. 

Menghargai saat ini bukan hanya tentang hubungan, tetapi juga tentang diri kita sendiri, pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan lain-lain. Kita menetapkan fokus pada keadaan saat ini sehingga kita tidak punya alasan lagi untuk menunda-nunda ataupun membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Kita benar-benar menghargai saat ini hanya jika kita melakukan yang terbaik yang kita bisa saat ini. Tidak ada pikiran besok atau nanti. Jika kita sedang bersama keluarga kita saat ini, maka kita benar-benar hadir untuk keluarga kita bukan malah memikirkan pekerjaan. Sebaliknya jika kita sedang di kantor, maka yang kita pikirkan adalah pekerjaan kita bukan masalah keluarga. Karena kita tahu dengan pasti bahwa waktu yang paling berharga adalah saat ini, maka mari belajar memfokuskan diri kita untuk benar-benar hadir saat ini melakukan sesuatu yang memang saat ini kita lakukan, tidak terlena dengan kenangan masa lalu atau angan-angan masa depan. Masa lalu telah terlewati dan masa depan belum datang, maka saat ini adalah tempat kita harusnya menikmati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka