Langsung ke konten utama

Ubah Paradigmamu, Ubah Hidupmu

Pernah dengar tentang paradigma? Paradigma adalah cara kamu memandang sesuatu. Paradigma adalah kacamata pikiranmu. Jika kacamatamu bening, pasti kamu bisa melihat sesuatu dengan jelas dan apa adanya. Sebaliknya, jika kamu pakai kacamata yang buram, pemandangan yang indah di depan mata pun tampak jelek jadinya. Kabar baiknya adalah paradigma sama seperti kacamata yang bisa diganti kapan saja. Sikap yang kamu pilih dalam menjalani kehidupan, memahami sesuatu atau menyelesaikan masalah bergantung pada paradigmamu. Jika kamu selalu berkonflik dengan seseorang atau sesuatu, mungkin bukan mereka atau kamu yang salah, mungkin paradigma yang kamu pakai saja yang salah.

Perubahanan paradigma bisa membuat sikap yang kita pilih menjadi berbeda. Contoh sederhana saja antara paradigma yang mengatakan ia orang jahat dengan ia berkelakuan jahat. Orang jahat adalah label yang kita berikan. Ketika kita memberikan label tersebut kepada orang lain, maka kita tidak pernah mau berhubungan dengannya karena ia orang jahat. Apa-apa yang ia lakukan pasti jahat. Ketika orang jahat ini berubah dan melakukan sesuatu yang baik, kita tetap saja tidak bisa menerimanya karena ia orang jahat menurut kita. Beda halnya dengan paradigma ia berkelakuan jahat. Ia adalah manusia biasa yang berkelakuan jahat. Ia terpisah dari kelakuannya sehingga ketika ia berkelakuan baik, kita bisa memakluminya karena kelakuannya dapat berubah. 

Sayangnya, ketika paradigma kita dipenuhi hal-hal yang negatif maka sikap yang kita pilih pun menjadi negatif. Paradigma yang buruk membuat kita tidak bisa membuka diri dan memahami lebih dalam. Jika kita berpikir bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, kita pun merasa usaha belajar kita sia-sia. Jika kita berpikir bahwa pacar kita tidak pengertian, bagaimanapun ia mencoba pasti gagal di mata kita. Jika kita berpikir bahwa hidup ini adalah perjuangan, maka selamanya kita akan berjuang untuk hidup bukan menikmati pengalamannya. 

Apapun yang terjadi dalam hidup kita ada baiknya kita amati dalam-dalam, apa paradigma yang kita pakai dalam melihatnya. Jika itu tidak membuat kita berkembang, ubah saja. Toh itu cuma kacamata kita. Untuk 2017 yang lebih baik, ubah saja paradigmamu sehingga kamu juga bisa mengubah hidupmu. Penuhi saja paradigmamu dengan hal-hal positif sehingga yang kamu alami pun menjadi positif. Akhirnya, selamat beresolusi selamat berevolusi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka