Masalah adalah hal yang lumrah menemani kehidupan. Tidak perlu pusing atau stres karenanya. Sejatinya hidup memang penuh masalah. Ajaran Budha mengatakan bahwa hidup adalah derita dan penuh duka. Secara sekilas definisi ini begitu pesimis. Namun, ketika kita benar-benar mendalami dan memahami definisi tersebut kita pun terbebaskan. Masalah tidak lagi terlihat begitu menakutkan dan terasa begitu memberatkan. Bagaimana cara kita memandang dan menyikapi masalahlah yang harusnya kita amati. Seperti metafora garam yang ditabur ke dalam segelas air akan terasa asin, sementara garam yang ditabur ke dalam sungai tidak akan terasa asin. Oleh karena itu, jadilah seperti sungai, jangan seperti air di dalam gelas.
Saya teringat salah satu cerita yang menginspirasi dari buku favorit saya, Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya. Cerita ini tentang perang dimana tentara musuh dikabarkan telah menuju markas suatu pasukan. Salah seorang tentara pengintai memberitakan kabar tersebut. Ia berkata kepada Sang Jenderal bahwa mereka pasti akan kalah melihat banyaknya musuh dengan senjata lengkap dan tidak ada jalan keluar. Sang Jenderal terdiam. Ia tidak memberikan perintah apapun kepada tentara yang melapor tersebut maupun pasukan lainnya. Lalu perlahan ia berjalan dan.. membuat secangkir teh! Sang tentara mendengus kesal. "Bagaimana bisa Sang Jenderal membuat teh dalam keadaan segenting ini? Bukankah lebih baik ia perintahkan seluruh pasukan untuk bergerak dan melarikan diri?", pikir tentara. Seluruh pasukan cemas menunggu aba-aba Sang Jenderal. Tiba-tiba tentara pengintai lainnya datang. Ia memberitakan bahwa seluruh tentara musuh telah ditarik mundur karena tidak melihat tanda-tanda pasukan ini. Sang Jenderal memberikan perintah agar seluruh pasukan segera bergerak menuju tempat lain. Tentara pengintai yang pertama merasa begitu takjub terhadap Sang Jenderal. Ia berpikir pantaslah Sang Jenderal memegang posisi tersebut dan ia hanya menjadi seorang tentara. Jika ia yang menjadi Jenderal dan memerintahkan seluruh pasukan melarikan diri di saat genting tersebut, banyak pasukan yang akan tewas bahkan mungkin seluruh pasukan termasuk Sang Jenderal. Akhirnya, mereka meninggalkan tempat tersebut dengan selamat.
Berhenti sejenak saat masalah besar datang memang diperlukan. Berhenti sejenak sebelum membuat keputusan besar memang dianjurkan. Dengan berhenti sejenak, kita dapat berpikir dengan jernih untuk mencari jawaban atas masalah atau pilihan yang sedang kita hadapi. Sia-sia saja marah-marah, kasak-kusuk, uring- uringan karena jelas sikap tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Jangan membuat keputusan dalam keadaan marah karena kita tidak bisa melihat masalah dengan jelas dan kita bisa salah. Penyesalan selalu datang belakangan. Ketika kita tenang, inspirasi datang dengan mudah begitu juga solusi untuk menyelesaikan masalah. Berhentilah sejenak.
Komentar
Posting Komentar