Langsung ke konten utama

Berhenti Sejenak

Masalah adalah hal yang lumrah menemani kehidupan. Tidak perlu pusing atau stres karenanya. Sejatinya hidup memang penuh masalah. Ajaran Budha mengatakan bahwa hidup adalah derita dan penuh duka. Secara sekilas definisi ini begitu pesimis. Namun, ketika kita benar-benar mendalami dan memahami definisi tersebut kita pun terbebaskan. Masalah tidak lagi terlihat begitu menakutkan dan terasa begitu memberatkan. Bagaimana cara kita memandang dan menyikapi masalahlah yang harusnya kita amati. Seperti metafora garam yang ditabur ke dalam segelas air akan terasa asin, sementara garam yang ditabur ke dalam sungai tidak akan terasa asin. Oleh karena itu, jadilah seperti sungai, jangan seperti air di dalam gelas. 

Saya teringat salah satu cerita yang menginspirasi dari buku favorit saya, Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya. Cerita ini tentang perang dimana tentara musuh dikabarkan telah menuju markas suatu pasukan. Salah seorang tentara pengintai memberitakan kabar tersebut. Ia berkata kepada Sang Jenderal bahwa mereka pasti akan kalah melihat banyaknya musuh dengan senjata lengkap dan tidak ada jalan keluar. Sang Jenderal terdiam. Ia tidak memberikan perintah apapun kepada tentara yang melapor tersebut maupun pasukan lainnya. Lalu perlahan ia berjalan dan.. membuat secangkir teh! Sang tentara mendengus kesal. "Bagaimana bisa Sang Jenderal membuat teh dalam keadaan segenting ini? Bukankah lebih baik ia perintahkan seluruh pasukan untuk bergerak dan melarikan diri?", pikir tentara. Seluruh pasukan cemas menunggu aba-aba Sang Jenderal. Tiba-tiba tentara pengintai lainnya datang. Ia memberitakan bahwa seluruh tentara musuh telah ditarik mundur karena tidak melihat tanda-tanda pasukan ini. Sang Jenderal memberikan perintah agar seluruh pasukan segera bergerak menuju tempat lain. Tentara pengintai yang pertama merasa begitu takjub terhadap Sang Jenderal. Ia berpikir pantaslah Sang Jenderal memegang posisi tersebut dan ia hanya menjadi seorang tentara. Jika ia yang menjadi Jenderal dan memerintahkan seluruh pasukan melarikan diri di saat genting tersebut, banyak pasukan yang akan tewas bahkan mungkin seluruh pasukan termasuk Sang Jenderal. Akhirnya, mereka meninggalkan tempat tersebut dengan selamat.

Berhenti sejenak saat masalah besar datang memang diperlukan. Berhenti sejenak sebelum membuat keputusan besar memang dianjurkan. Dengan berhenti sejenak, kita dapat berpikir dengan jernih untuk mencari jawaban atas masalah atau pilihan yang sedang kita hadapi. Sia-sia saja marah-marah, kasak-kusuk, uring- uringan karena jelas sikap tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Jangan membuat keputusan dalam keadaan marah karena kita tidak bisa melihat masalah dengan jelas dan kita bisa salah. Penyesalan selalu datang belakangan. Ketika kita tenang, inspirasi datang dengan mudah begitu juga solusi untuk menyelesaikan masalah. Berhentilah sejenak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20. Uncle From Penang

Hollaa.. I'm already back from holiday. Liburan kemarin saya mendatangi negara tetangga dengan bahasa melayu yang kental, Malaysia! Dulu saya sempat menempatkan negara ini di daftar hitam saya sampai-sampai saya rela tidak ikut liburan bersama geng kantor jika mereka memilih Malaysia. Ternyata kali ini sahabat saya memilih Malaysia. Saya tidak bisa melewatkan liburan bersama mereka. "Malaysia, apa salahnya?" pikir saya. Akhirnya, saya berangkat menuju Kuala Lumpur. Setelah mengeksplor KL, kami terbang ke Penang. Saya tidak begitu tertarik dengan tempatnya bahkan saya belum review ada apa saja di Penang. "Yang penting pergi sama siapa, Nis", kata teman saya.  Di Penang, kami menginap di Red Inn Hotel 39. Jujur, saya belum mereview hotelnya, hanya ikut suara terbanyak. Sahabat saya berkata bahwa hotel ini terkenal bukan karena hotelnya, tapi karena pemiliknya. Jam 2 pagi kami baru sampai hotel dan sudah gelap. Kami membunyikan bel dan menunggu seseorang kelua

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka