Langsung ke konten utama

Momentum Jumat

Jumat adalah hari yang paling menyenangkan untuk kebanyakan karyawan termasuk saya. Hari terakhir bekerja ini menjadi tren sampai melahirkan tagline 'I love Friday.' Ada juga strategi marketing yang membuat taglinenya, 'I love Monday.' Namun, hal itu tidak serta merta membuat orang-orang jatuh ke lain hari. Jumat tetap juara di hati kami.

Jika perpisahan adalah sesuatu yang menyedihkan, maka perpisahan dengan kerjaan yang tidak membuat kita bersedih ini menjadi indikasi bahwa kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan mereka. Terlepas dari apakah asumsi tersebut benar atau tidak, saya lebih memilih Jumat sebagai hari pertama saya dan awal minggu baru bagi saya. Mengapa? Karena Senin bagi saya adalah hari tersibuk dan saya ingin sudah bersiap jauh sebelumnya.

Jumat adalah momentum bagi saya. Biasanya momentum didefinisikan sebagai satu momen besar yang membawa perubahan. Momentum bisa berupa kelahiran, tahun baru, pernikahan, dan lain-lain yang minimal terjadi setahun sekali. Setahun untuk membuka buku baru dan merenungi apa saja yang sudah kita lakukan rasanya terlalu lama. Saya ingin menciptakan momentum mingguan. Mengevaluasi apa-apa saja yang telah kita lakukan dan perbaiki secara mingguan menurut saya jauh lebih efektif daripada menunggu tahunan. Saya pilih Jumat sebagai momentum. 

Momentum Jumat sama dengan momentum ulang tahun saya. Momentum Jumat menjadi gambaran mikro bagaimana hidup saya bulan ini bahkan tahun ini. Pencapaian-pencapaian kecil menjadi anak tangga pencapaian besar dan kesalahan-kesalahan kecil menjadi penyebab kesalahan besar. Seperti itu lah momentum kecil saya, Jumat-Jumat saya memberi gambaran mikro bagaimana tahun ini akan saya lewati. 

Hal yang sepatutnya diingat adalah bahwa setiap kita bisa menciptakan momentum kita sendiri. Setiap kita bisa mengakhiri cerita buruk dan membuka lembaran baru kapan saja. Tidak perlu menunggu tahun baru atau momentum besar untuk memulai. Kita bisa mulai sekarang, hari ini, Jumat ini. Selamat hari Jumat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRIZ

Saya percaya setiap sesuatu mempunyai pola. Dalam hal penyelesaian masalah, seorang pria Rusia bernama G.S. Altshuller mempelajari berbagai paten dari seluruh dunia untuk menemukan pola penemuan baru. Ia berpikir bahwa jika kita memahami pola penemuan dari berbagai paten yang hebat dan mempelajarinya, maka semua orang bisa menjadi inventor/penemu. Dari hasil studinya, ia memperkenalkan theory of inventing problem solving yang dinamakan TRIZ (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) . Saya mendengar teori ini dari seorang Coach yang menjadi rekanan perusahaan dimana saya bekerja. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam TRIZ adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah yang kita hadapi secara spesifik Menemukan masalah umum dalam TRIZ yang sesuai Menemukan solusi umum untuk pemecahan masalah yang sesuai tersebut Menggunakan solusi umum tersebut untuk menyelesaikan masalah spesifik yang kita hadapi Kebanyakan masalah timbul karena adanya kontradiksi. Dengan menggunaka

18. Orang Sulit

Pernah mengeluhkan orang lain? Sampai berkali-kali atau malah sampai benci? Mungkin mereka orang yang sulit. Atau malah kita sendiri orang yang sulit menurut orang lain? Apa sih yang dimaksud orang yang sulit?  Membayangkan orang yang sulit rasanya melelahkan berurusan dengan orang seperti ini. Males deh kalau sama dia . Begitu kira-kira ungkapan kita ketika mengingat orang yang sulit. Definisi orang yang sulit bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda. Orang yang simpel bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang perfeksionis dan sebaliknya. Orang yang saklek bisa menjadi orang yang sulit bagi orang yang fleksibel dan sebaliknya. Ketika perbedaan ini selalu dijadikan alasan untuk berkonflik, itulah saat seseorang menjadi orang yang sulit. Ia selalu berkonflik dengan orang lain, buat ribet atau cari ribut. Kebalikan orang sulit adalah orang yang cair, mudah sekali berharmoni dengan orang lain. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman-teman saya tentang kekasih mereka. 

Alternatif Homeschooling

Hari ini hari Senin dan hari pertama anak-anak masuk sekolah. Orang tua yang mengantar melihat anak-anak mereka berbaris untuk melaksanakan upacara. Puluhan motor dan mobil parkir di depan pagar dan bangunan sekolah. Lalu lintas menjadi sangat padat hari ini. Di tengah kemacetan, saya teringat sebuah surat kepala sekolah yang sempat viral beberapa waktu lalu. "D i tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika. Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra. Ada calon musisi yang nilai Kimia-nya tidak berarti. Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika. Ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini." Diakui atau tidak, sistem pendidikan kita memang belum efektif merumuskan ukuran untuk mengidentifikasi bakat seorang anak dan memenuhi kebutuhan pembelajarannya. Banyak lulusan yang bingu